Seberapa banyak dari kita yang menikah dengan hati yang berbunga-bunga, penuh dengan bayangan berbagai kebahagiaan yang akan kita raih dalam lembaga yang disebut pernikahan? Tentu hampir sebagian besar dari pasangan yang baru menikah, membayangkan dan mengharapkan hal tersebut.
Tahun demi tahun pernikahan dijalani, ada yang menjalani dengan cukup merasakan bahagia, ada juga yang tidak terlalu merasa bahagia bahkan merasa ”terasing” di dalam relasinya dengan pasangan hidup. Ada yang merasa tinggal satu rumah dan tidur satu ranjang dengan orang yang sebenarnya tidak dia kenali lagi kepribadiannya. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Bahkan pernikahan yang diawali dengan langkah penuh kemesraan dan semangat, banyak yang menjadi redup. Apalagi setelah tahun pernikahan memasuki usia diatas 5 tahun. Ada lelucon yang menggambarkan sbb : ” Jika kita ke restoran, dan melihat pasangan suami istri duduk makan bersama, kita bisa menilai sudah menikah berapa tahunkah mereka. Pernikahan di bawah 5 tahun maka suami istri tersebut masih makan dengan saling memandang penuh cinta, pernikahan di atas 5 tahun, maka suami istri tersebut sibuk mendiskusikan mengenai anak dan tidak membicarakan tentang diri mereka. Pernikahan di atas 10 tahun maka suami istri tersebut sibuk menyantap hidangan mereka, tanpa saling memandang atau berbicara”.
Manusia memiliki rasa bosan. Apapun yang kita miliki, cepat atau lambat kita dapat bosan. Pernahkan Anda mengidam-idamkan mobil baru atau handphone baru? Begitu bersemangat saat kita mendapatkan barang baru, tapi dengan berjalannya waktu, seberapa baguspun barang yang kita sudah dapatkan tersebut, timbul rasa bosan. Timbulnya rasa bosan ini berbeda-beda bagi setiap orang. Ada orang yang begitu telaten merawat mobilnya yang telah berusia lebih dari 5 tahun, ada yang baru 2 tahun sudah merasa ingin ganti mobil baru karena bosan.
Nah, lalu bagaimana dengan pasangan hidup? Pasangan hidup adalah partner yang kita pilih untuk mendamping kita hidup dari mulai kita masuk gerbang pernikahan hingga maut menjemput kita. Tidak ada yang tahu akan berapa lama, bisa beberapa tahun bahkan hingga puluhan tahun. Lalu mengapa, ada kakek nenek yang masih begitu anggun, akrab dengan cara yang elegan satu sama lain, saling mencintai, saling mengasihi, saling menghormati, saling memperhatikan di usia senja mereka? Di sisi lain, ada pasangan muda yang masih gagah dan cantik namun mereka bertengkar setiap hari seperti anjing dan kucing. Tidak henti-hentinya saling membenci, saling mencaci dan terkadang tidak malu mempertunjukkan hal itu di depan anak-anaknya bahkan di depan umum.
Apa sebenarnya yang salah? Tidak mudah menemukan jawabannya. Karena terkadang masalahnya adalah kompleks. Namun beberapa hal yang dapat diperhatikan agar kita jangan sampai menikah hanya untuk waktu yang sementara dan jangan sampai cinta yang kita bina pudar hanya dalam beberapa tahun adalah :
1. JANGAN SALAH MEMILIH PASANGAN
Kalau kita memilih dengan teliti dan penuh pertimbangan untuk membeli barang yang “sepele” seperti handphone, kita membandingkan satu handphone dengan yang lain, membandingkan kualitas, kegunaan, model, harga dan berbagai aspek lainnya. Belum lagi sibuk berpindah dari satu toko ke toko lain, membandingan harga dllnya. Lalu bagaimana dengan proses memilih pasangan hidup ?
Apa yang ada di benak Anda ketika Anda jatuh cinta dan berani memutuskan untuk menikah?
Seberapa yakinkah bahwa pasangan yang Anda pilih, adalah orang yang akan dapat Anda cintai tanpa rasa jemu dan bosan sampai puluhan tahun yad?
Seberapa yakinkah bahwa orang yang Anda pili,h mampu dan tahan menjalani hidup bersama dengan Anda?
Seberapa yakinkah bahwa pasangan yang Anda pilih setelah tahu diri Anda yang sesungguhnya dengan segala kelemahan dan kekurangannya, akan tetap akan mencintai Anda dengan kadar cinta yang utuh?
Dan pertanyaan tersebut tentu harus dibalik juga, Apakah jika Anda menemukan bahwa pasangan yang Anda pilih memiliki kelemahan dan kekurangan, apakah Anda masih dapat mencintainya dengan kadar cinta yang tetap sama?
Seperti saya katakan rasa bosan adalah manusiawi, lalu bagaimana jika Anda merasa bosan terhadap pasangan? Mungkinkah hal itu terjadi? Jika ya, apa yang akan terjadi dengan pernikahan Anda?
Memilih pasangan yang tepat bagi diri Anda adalah langkah awal yang sangat penting untuk membina satu pernikahan yang langgeng sampai puluhan tahun yad. Namun, memilih pasangan yang tepatpun tidak menjadi jaminan bahwa Anda akan memiliki pernikahan yang bahagia dan bertahan hingga akhir hayat.
2. MEMILIKI STRATEGI MENJALANKAN PERNIKAHAN
Jika kita hendak membuka toko yang sederhanapun, kita harus memikirkan strateginya. Berapa perongkosan yang harus ditutup dengan omzet yang harus dicapai oleh toko tersebut. Berapa profit yang ingin diraih di bulan pertama hingga tahun-tahun yad. Dalam berapa tahun, modal yang ditanamkan diharapkan akan kembali. Dan jika ternyata menghadapi persaingan dari toko sebelah, apa yang harus dilakukan. Dan banyak strategi lainnya. Apalagi jika kita hendak buka perusahaan besar.
Pernikahan bukanlah membuka bisnis. Jauh lebih kompleks dan jauh lebih sulit. Suatu komitmen yang seumur hidup, tanpa bisa “tutup” atau “bubar” dengan alasan apapun (harusnya) Tapi mengapa justru untuk hal yang jauh lebih kompleks, sulit dan jauh lebih bermakna, kita justru tidak memikirkan bagaimana strategi menjalankan pernikahan?
Karena banyak orang yang memiliki fantasi bahwa pernikahannya akan baik-baik saja. Bahwa pasangan hidupnya akan tetap mencintai hingga akhir hayat, apapun yang terjadi. Banyak yang berfantasi bahwa pasangan hidupnya adalah orang yang dia kenal saat ini, dan orang tersebut tidak akan berubah. Akan tetap sama, akan tetap mencintainya dengan kadar yang sama hingga selamanya.Yang pada kenyataannya banyak yang tidak seperti itu.
Kesulitan demi kesulitan akan datang menghantam pernikahan. Mulai dari masalah anak, mertua, pekerjaan, keuangan, sex, kejujuran, kebersamaan, hobby, cara memandang hidup, dll. Saat itu semua melanda, apa yang akan kita lakukan?
Itulah pentingnya dari awal, menetapkan strategi pernikahan. Menetapkan bersama apa tujuan pernikahan, lalu jika dalam proses mencapai tujuan tersebut terdapat kesulitan, strategi apa yang akan kita lakukan? Hal itu haruslah dibahas dan menjadi komitmen bersama. Komitmen ”I love you and will be with you forever” tidaklah cukup, tanpa ada komitmen akan “strategi” yang akan kedua pasangan lakukan.
Contoh jika suami Anda stroke di usia 35 tahun dan tidak mampu menjalankan peran sebagai suami dan kepala rumah tangga, strategi apa yang harus dilakukan? Apakah istri akan tetap berpegang pada komitmen pernikahan? Jika ternyata, entah karena suami atau istri, lalu keluarga tidak bisa memiliki keturunan, strategi apa yang akan diambil? Jika istri ternyata orang yang berambisi untuk maju sementara suami mengharapkan istri hanya di rumah seratus persen menjadi ibu rumah tangga, apa yang harus suami dan istri itu lakukan? Dan juga, jika ternyata, salah satu pihak melanggar komitmen akan kesetiaan, apa yang akan dilakukan?
Banyak orang dalam masa pacaran tidak berani atau sungkan mengungkapkan dan membahas hal-hal tersebut. Dengan berbagai alasan. Sebagian besar karena tidak terpikir atau juga karena tidak tahu cara duduk bersama calon suami/istri untuk mendiskusikan hal tersebut. Banyak pula yang tidak tahu, apa yang perlu dibahas. Hal dan kesulitan apa saja yang akan melanda di dalam lembaga pernikahan. Belum ada bayangan akan hal-hal apa yang dapat terjadi.
Hal itulah yang akan dibantu disusun bersama dengan seorang Konselor Keluarga dalam Pre-marital Counseling (Konseling Pra-Nikah). Itulah sebabnya jika Anda belum menikah, Konseling Pra-Nikah menjadi suatu proses wajib yang akan sangat membantu menetapkan visi misi pernikahan Anda dan bagaimana strategi mewujudkan hal tersebut.
3. MENGERTI BAGAIMANA MEMELIHARA CINTA YANG ADA
Apakah cinta yang ada di awal pernikahan dapat berkurang bahkan hilang? Jelas dapat. Jika semua baik-baik dan lancar sajapun, cinta dapat hilang atau berkurang. Apalagi jika dihantam dengan berbagai kesulitan yang akan dihadapi dalam pernikahan.
Lalu mengapa, ada pasangan yang telah berusia lanjut namun tetap saling mendukung dan saling mencintai dengan begitu indahnya? Ada dua sebab :
Pertama : saat kesulitan datang, mereka berdua memiliki strategi untuk menghadapinya sehingga kadar cinta tidak menyusut karena persoalan hidup
Kedua : mereka tahu bagaimana cinta yang ada dari awal dapat dipupuk dan dipelihara hingga tumbuh besar dan menjadi kuat. Sehingga saat badai besar datang, pohon cinta mereka tetap bertahan dan tidak tumbang, bahkan tumbuh menjadi semakin kuat akarnya.
Tentunya kita pernah mendengar tentang pohon Kelapa yang tumbuh di tepi pantai, tiap hari diterpa angin keras namun tidak tumbang malah makin tumbuh tinggi. Mengapa? Karena ada akar serabut yang kuat sehingga pohon tersebut kuat tertanam ke dalam tanah.
Lalu pertanyaannya adalah bagaimana memelihara cinta yang ada? Ada berbagai cara, salah satunya adalah dengan memelihara keintiman. Seberapa intimkah Anda dengan pasangan hidup? Ada 7 area keintiman yang harus kita bina agar api cinta tetap stabil dan terpelihara dengan baik. Hal itulah,salah satunya yang akan dibahas dalam ruang Konseling, ketika Anda merasa pernikahan Anda “garing” , “ilfil” dan memerlukan bantukan Konseling Profesional untuk dapat kembali “menambahkan” bara api. Agar api yang sudah semakin kecil, tidak mati, tapi bisa berkobar kembali.
Seorang Konselor Keluarga akan membimbing para suami istri untuk dapat membina keintiman di tujuh sektor ini agar hidup Anda terasa komplit dan cinta akan tetap terjaga. Sehingga tahun demi tahun boleh berlalu, dan dalam perjalanan hidup mungkin Anda bertemu dan berkenalan dengan orang yang nampaknya lebih menarik, lebih hebat, lebih baik dari pasangan Anda, namun jika Anda intim dengan pasangan hidup maka Anda akan tetap merasa pasangan hidup Anda adalah yang terbaik dan cinta Anda untuk suami atau istri akan tetap menyala, penuh dengan ketulusan dan tetap saling mendukung sampai selamanya.
Sudah menjadi pepatah yang mengatakan bahwa memulai itu mudah, memelihara yang sulit. Begitu juga dengan pernikahan. Sangat mudah untuk mencintai dengan menggebu-gebu dan masuk ke dalam pernikahan, tapi merupakan kerja keras seumur hidup untuk menjaga api cinta Anda tetap menyala dengan baik.
4. MENGERTI BAGAIMANA MENIKMATI HIDUP
Fenomena orang yang hidup di kota besar adalah selalu dalam kondisi hidup terburu-buru. Pagi bangun terburu-buru untuk berangkat kerja, mengantar anak sekolah, sibuk bekerja hingga sangat lelah, perjalanan pulang pergi yang panjang dari dan ke tempat kerja. Waktu yang terasa pendek dengan begitu banyak hal yang harus dilakukan. Sehingga di akhir pekan yang ada hanya kelelahan dan setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikan karena di hari kerja tidak sempat dilakukan. Sehingga banyak orang hidup dari waktu ke waktu dengan super sibuk tapi tidak menikmatinya.
Menikmati hidup bukan perkara mudah dan sederhana. Menikmati hidup adalah suatu skill. Yang perlu dipelajari, dilatih, dipikirkan, direncanakan dan ditekadkan untuk selalu dilakukan dengan konsisten. Hidup yang diperlihara (nurtured) adalah seperti kita makan makanan yang bergizi. Kita bisa saja makan tiga kali sehari dan menjadi kenyang tapi kalau yang kita makan adalah makanan yang tidak bergizi, tidak ada gunanya sebenarnya untuk tubuh bukan?
Begitu juga dengan hidup. Jika kita tidak tahu bagaimana menikmati hidup maka kita akan merasa lelah fisik, lelah pikiran, lelah batin. Menikmati hidup bukan hanya merancangkan pergi berlibur namun lebih dari itu. Menikmati hidup berarti bagaimana kita bisa memiliki pola pandang, menikmati setiap segi dari kehidupan kita, menikmati setiap kesibukan dengan enjoy bahkan dapat menghayati kesulitan dengan nikmat. Itu memang tidak mudah. Diperlukan wawasan yang luas dan pengalaman hidup yang panjang untuk sampai ke tingkat tersebut.
Namun pada tingkat awalnya, Anda bisa mulai menikmati diri Anda sendiri. Merasa nyaman dengan diri Anda, tahu visi, misi (tujuan) hidup Anda di muka bumi, punya rasa percaya diri yang mantap, tahu apa yang menjadi prioritas hidup. Dalam hal ini jika suami dan istri dapat tingkat memiliki kemantapan yang sama, maka hidup menjadi sangat dapat dinikmati. Anak-anak pun akan terdidik dengan pola asuh yang baik. Sehingga merekapun menjadi anak-anak yang mantap. Tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan yang buruk.
Terkadang masalahnya juga akan timbul jika ternyata suami dan istri tidak memiliki tingkat pemahaman yang sama akan hal ini. Sehingga hidup tidak sempat dirancang untuk dinikmati karena diisi dengan argumen suami istri yang tidak sepaham. Disinilah Konselor Pernikahan juga akan dapat membantu memperluas pandang hidup dan bagaimana Anda dapat memiliki konsep diri yang sehat sehingga dapat menikmati hidup, menikmati segala keceriaan, kebahagiaan bahkan kesulitan yang menghadang.
Diatas segala hal ada satu langkah yang harus diingat yaitu bahwa kita yakin Tuhan akan menuntun dan menolong kita. Tugas kita sebagai manusia adalah melakukan segala hal dengan tulus dan optimal dengan bersandar kepada Tuhan. Seberapa besarpun permasalahan dalam pernikahan yang kita hadapi jika kita mau berusaha dengan optimal dan tulus maka akan ada jalan keluar dan Tuhan akan memberikan pertolongan. Namun jika kita tidak mengusahakannya, maka pernikahan Anda tidak akan menjadi lebih baik.
Menikah adalah kata kerja yang berarti harus senantiasa diusahakan. Kebahagiaan dalam pernikahan yang kita harapkan haruslah diusahakan, dikerjakan, baru kita akan menuai hasil Jika Anda bisa melakukan semua itu sendiri, tentu baik, jika tidak maka hubungi Konselor Profesional Anda, yang akan menuntun dan membantu Anda step by step, dengan prosedur dan metoda yang telah teruji, sehingga pernikahan Anda kembali menjadi sesuatu yang manis dan sangat nikmat untuk dilakoni.
Salam Sejahtera,
Elly Nagasaputra, MK, CHt
Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com
konselingmasalahpernikahan.com
-healing hearts-changing life-