Suami/Istri saya selingkuh dan permasalahan perselingkuhan yang tidak kunjung usai…apakah Konseling dapat memulihkan pernikahan saya?

Tidak ada pernikahan yang bebas masalah. Semua rumah tangga memiliki konfliknya masing-masing. Ada yang sibuk bergumul karena perbedaan kepribadian, komunikasi yang buruk , ada yang bermasalah dengan perbedaan pola pengaturan keuangan, ada yang bermasalah dengan pemahaman mendidik anak yang berbeda, ada yang bermasalah dengan keluarga besar, ribut selalu dengan mertua atau ipar, ada yang tidak dapat menikmati sex dengan nyaman, ada yang merasa perkawinannya telah berjalan sekian tahun, menjadi garing, datar, membosankan (yang mana ini saya bahas di kotak sebelah).

Tidak ada perkawinan tanpa masalah, tapi apapun masalahnya jika tidak dibereskan, akan membuat ketidaknyamanan dan ketika terus didiamkan akan membuat pernikahan terasa sangat menyiksa.

Namun tidak ada masalah yang lebih besar dari masalah ketika salah satu, entah itu suami atau istri BERSELINGKUH. Ketika perselingkuhan terjadi, ada beberapa kondisi :
  1. Salah satu berselingkuh dan tertangkap basah oleh pihak yang lain
  2. Salah satu pihak berselingkuh dan belum tertangkap tapi yang berselingkuh merasa dihantui perasaan bersalah, ingin berhenti tapi tidak tahu bagaimana caranya
  3. Salah satu pihak berselingkuh, dan tertangkap basah tapi tidak mau menghentikan perselingkuhannya (dengan sejuta alasan : belum bisa, mau pelan-pelan, tidak tega, atau tidak peduli walau akhirnya akan mengakibatkan perceraian)
  4. Salah satu pihak berselingkuh, sudah ketahuan oleh pasangannya, berjanji untuk “bertobat” berhenti dari perselingkuhannya, tapi ternyata kumat kembali
  5. Salah satu pihak berselingkuh, sudah ketahuan oleh pasangannya, berjanji untuk “bertobat” berhenti dari perselingkuhannya, dan memang sudah berhenti (mungkin berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun yang lalu) namun “efek” perselingkuhannya masih terus menebarkan “racun” bagi relasi suami istri yang ada.
Tujuh puluh persen, pasangan yang datang ke ruang Konseling di kantor kami adalah karena salah satu pihak berselingkuh. Dan tidak seperti konflik rumah tangga lainnya, PERSELINGKUHAN adalah sesuatu kasus yang HARUS “diobati” hingga sembuh sempurna 100%.

Ketika perselingkuhan terjadi dan ditemukan oleh pasangannya, maka seperti penyakit, ini adalah seperti menemukan cancer dalam tubuh Anda yang sudah stadium tinggi. Jika tidak diobati secara tuntas maka hampir dipastikan pernikahan Anda akan bubar. Bisa bubar secara legal dalam arti bercerai atau tidak bercerai tapi kedua belah suami istri hanya “stuck” – terjebak dalam pernikahan yang palsu, hanya fenomena, sepertinya suatu keluarga yang utuh, tapi di dalamnya “kosong”, tidak ada cinta, tidak ada relasi dan komunikasi yang sehat, hanya 2 pribadi dalam satu rumah, bersepakat untuk membesarkan anak, dan hidup dalam kemunafikan jangka panjang. Dan ini tentu saja sangat sangat menyiksa.

Ketika Anda menemukan pasangan Anda berselingkuh, maka ini merupakan fase yang paling gelap dalam hidup pernikahan Anda. Mungkin diawali dengan rasa tidak percaya bahwa pasangan Anda ternyata tega menyakiti perasaan dan mengingkari komitmen perkawinan, lalu ada juga rasa terkhianati, sedih, kecewa, marah, terhina. Selain berbagai rasa itu, mungkin juga Anda merasa “lega” bahwa ternyata semua kecurigaan dan rasa tidak enak Anda akhirnya terbukti, bahwa pasangan Anda memang berselingkuh.

Dan setelah Anda menemukan bahwa pasangan Anda berselingkuh…apa yang Anda lakukan?

 

Setelah melewati fase dari tidak percaya lalu menemukan bukti lalu sedih, menangis, histeris, marah , mungkin teriak, mungkin ada yang merusak barang bahkan melakukan kekerasan fisik, ada juga yang mungkin memarahi pihak yang berselingkuh dengan pasangan Anda, setelah semua fase ini dilewati, lalu apa?

 

Banyak pasangan tidak serta merta lalu ingin bercerai. Karena memang tidak mudah. Pasangan akan tetap memikirkan sekian tahun kebersamaan yang telah dilalui dan juga sebagian besar akan memikirkan anak. Banyak pasangan akhirnya memutuskan tidak mau bercerai, dan mau melanjutkan pernikahan mereka demi anak-anak tercinta.

Dan ketika Anda kemudian lanjut dengan pernikahan Anda, maka disinilah timbul masalah yang sangat sangat besar.
Beberapa masalah yang timbul dan Anda hadapi adalah :
  1. Anda di “hantui” oleh perselingkuhan tersebut
  2. Anda tidak tahu dan ingin sekali tahu duduk perkara sebenarnya dari perselingkuhan
  3. Pasangan Anda sudah mengakui tapi Anda tidak bisa mempercayai kejujuran yang ada
  4. Pasangan Anda mengakui berselingkuh tapi tidak mau menceritakan detail sesungguhnya apa yang terjadi
  5. Atau pasangan Anda tidak mau mengakui sudah berselingkuh padahal Anda sangat yakin dia berselingkuh
  6. Anda tidak percaya bahwa pasangan Anda benar-benar sudah tidak lagi berselingkuh
  7. Anda tidak dapat percaya bahwa pasangan Anda mencintai Anda
  8. Anda paranoid dengan gadget, dengan kepergian pasangan yang berselingkuh keluar rumah, meeting, bekerja, ketemu orang apalagi bisnis trip ke luar kota dan luar negri
  9. Anda terus merasa bahwa pasangan Anda tidak jujur
  10. Anda merasa diri rendah, jelek, tidak berharga dimata pasangan yang berselingkuh
  11. Anda pada akhirnya bereaksi berlebihan untuk memastikan pasangan Anda memang masih mencintai Anda, kadang seks berlebihan dll yang pada akhirnya membuat Anda lelah dan terperangkap lebih dalam
  12. Anda dapat juga menjadi dingin, malas, tidak percaya apapun “perilaku baik” yang berusaha dilakukan oleh pihak yang berselingkuh dalam usahanya memperbaiki relasi
  13. Anda sering sekali teringat kembali perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangan, lalu Anda kembali sedih, kembali marah, ingin terus melampiaskan kemarahan kepada pasangan yanag berselingkuh, dengan siklus yang berulang-ulang
  14. Anda terperangkap, merasa tidak bisa tidur tenang, tidak bisa focus, tidak memiliki nafsu makan, ingin terus mengurung diri, tidak bisa menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik
  15. Kadang bahkan anak menjadi sasaran kemarahan
  16. Anda dihantui rasa takut dan marah traumatis akan berbagai hal yang bersangkutan dengan obyek selingkuhan yang dilakukan oleh pasangan, seperti hotel tempat mereka check-in, lokasi pertemuan, gadget, dll dll
  17. Anda sangat kesal karena pihak yang berselingkuh tenang saja dan tidak menunjukan rasa bersalah seperti yang Anda inginkan
  18. Anda sangat kesal karena yang berselingkuh berusaha untuk berperilaku baik dan memperbaiki relasi namun Anda tetap merasa kesal dan marah tiada akhir
  19. Ketika ada hal-hal kecil yang muncul dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan peristiwa perselingkuhan muncul maka Anda kembali merasa sedih, down, marah, kecewa, sakit hati berkepanjangan bahkan hingga depresi mendalam
  20. Dan berbagai varian peristiwa lainnya.

Sehingga “niat baik” untuk tetap bertahan dan memulihkan perkawinan yang telah dilanda perselingkuhan, menjadi suatu agenda yang tidak pernah terealisir.

Karena bagaimana mau memperbaiki? Bagaimana mau “move-on”? Kalau perselingkuhan itu telah menimbulkan “luka” yang ternyata terus menerus berdarah, bernanah dan terus menerus “menghancurkan” pernikahan dari dalam.
Perselingkuhannya memang mungkin sudah berhenti, tapi efek racunnya terus berjalan. Yaitu antara lain :
  1. Yang diselingkuhi akan terus dihantui
  2. kepercayaan yang sudah tidak ada
  3. ketidakmampuan membangun kembali rasa percaya
  4. ketidakmampuan membangun komunikasi yang terbuka
  5. ketidakmampuan membangun kembali perasaan cinta dan saying
  6. trauma tiada henti
  7. kadang timbul rasa jijik
  8. rasa rendah diri, minder
  9. kemarahan yang dari waktu ke waktu terus muncul
  10. kesedihan yang dari waktu ke waktu terus ada

Dan percayalah Bapak/Ibu, hal tersebut akan berlangsung LAMA. Jangan berharap, ini karena baru ketahuan, lama-lama juga akan hilang…TIDAK! Kami memiliki Klien yang telah selesai perselingkuhannya untuk waktu yang tahunan, namun ternyata racun ini masih ada. Sepuluh point diatas dan dua puluh point sebelumnya masih terus terjadi.

 

Sehingga pernikahan yang telah dinodai perselingkuhan akan sangat sangat sulit pulih jika tidak diobati dengan sempurna dengan berobat ke Konselor Pernikahan yang berpengalaman. Hal diatas akan terjadi tahunan, sehingga walaupun mungkin pernikahan Anda tidak bercerai secara legal, namun pernikahan itu sebenarnya sudah hampir tidak exist, sudah sangat parah kondisinya, yang saya katakan seperti kanker stadium 4 yang lama kelamaan akan membuat pernikahan Anda “mati”.

Dan ini merupakan kondisi yang sangat menyiksa, tidak hanya untuk yang berselingkuh tapi juga untuk yang diselingkuhi.
Karena itu saya katakan bahwa, pernikahan yang telah ternoda oleh perselingkuhan haruslah “sembuh total” .
Sembuh total dalam arti kata :
  • untuk yang berselingkuh – memastikan Anda mengetahui sebab perselingkuhan tersebut, sebab tersebut juga “disembuhkan” secara total – sehingga memastikan di kemudian hari, Anda tidak akan berselingkuh lagi
  • untuk yang diselingkuhi – memastikan Anda diberdayai oleh langkah-langkah terpadu yang kami miliki – agar Anda dapat “move on” – mampu melanjutkan hidup pernikahan dan membangun relasi yang sehat – baik segi kepercayaan, cinta, komunikasi, sex, kejujuran – tanpa membawa sisa “racun” dari perselingkuhan tersebut.
Ketika Anda pergi ke www.konselingkeluarga.com dan konselingmasalahpernikahan.com maka kami memperbaiki pernikahan Anda dengan suatu sistematika yang terpadu dan teruji. Jadi bukan sekadar curhat atau omong-omong, melainkan menemukan solusi permanen bagi masalah Anda.

Apalagi masalah perselingkuhan, yang merupakan masalah kronis, yang jika tidak disembuhkan akan sangat mengancam masa depan pernikahan Anda. Karena itulah Konseling Perselingkuhan merupakan hal yang tidak “murah” karena pernikahan Anda adalah sesuatu yang sangat berharga. Apa gunanya Anda sukses dalam segala hal, tapi memiliki pernikahan yang hancur-hancuran.

Jadi hidup adalah pilihan. Memilihlah dengan bijaksana. Memilihlah untuk cerdas, mau berbalik 100% dari kesalahan yang sudah terjadi dan mau …dengan effort maksimal …memperbaiki pernikahan yang telah ternoda dengan perselingkuhan.

Dan kabar baiknya adalah, semua itu adalah MAMPU untuk dilakukan. Perselingkuhan yang telah terjadi dapat disembuhkan total, dalam arti kata memastikan hal itu tidak akan terjadi lagi di kemudian hari dan relasi yang telah rusak pun diperbaiki hingga seperti baru kembali.

The help is here…it is your choice to use it or not.

Salam Sejahtera,
Elly Nagasaputra, MK, CHt
Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com

-healing hearts-changing life-

Pernikahan saya penuh konflik, garing, datar dan membosankan….dapatkah Konseling Memulihkan Perkawinan Kami?

Ketika kita sedang pacaran, maka segala sesuatu terlihat dan terasa indah. Kadang kita sudah menyadari adanya banyak “perbedaan” dan ketidaksesuaian dengan pasangan. Namun karena sudah dibutakan dengan perasaan atau karena faktor lainnya (dikejar usia untuk menikah, sudah ganti pacar berkali-kali dan berbagai alasan lainnya), kita mengabaikan hal tersebut. Kita memasuki pernikahan dengan suatu “positif thinking” bahwa nanti semua akan baik-baik saja, bahwa semua kesulitan akan terlalui karena kita saling mencintai.

Sehingga banyak orang masuk ke pernikahan dengan hati berbunga-bunga dan dengan pemahaman bahwa apapun yang terjadi tidak akan melunturkan atau menggoyahkan cinta mereka.

Tahun-tahun berlalu dan pada umumnya di mulai dari tahun ke dua keatas, mulailah timbul banyak hal, timbul banyak konflik, timbul perbedaan yang makin meruncing, timbul ketidaksesuaian pendapat, bahkan sudah tidak malu-malu untuk bertengkar secara sengit, hingga teriak-teriak, bahkan dengan kekerasan baik materi maupun fisik. Terkadang bukan hanya kedua belah pihak yang bertengkar, ditengah kerasnya arus konflik dan tidak tahu hendak mencari pertolongan kemana, kadang baik suami dan istri lalu “mengadu” ke pihak lain, kadang orang tua, ipar, teman dan sanak saudara lainnya.

Sehingga lambat laun, konflik bukan mengecil malah membesar. Kadang tampaknya beres, tapi ketika timbul kesulitan lain, maka tampak bahwa semua konflik yang lama muncul lagi ke permukaan, yang menandakan bahwa sebenarnya konflik tersebut tidak beres dan tidak selesai dari awal. Hanya mendiamkan lalu ketika terjadi pemicunya maka berbagai hal meledak kembali ke permukaan. Dan jika ini didiamkan terjadi bertahun-tahun, maka siapapun Anda, sebesar apapun Anda mencintai pasangan Anda, percayalah, cinta itu akan sedikit demi sedkit akan pudar. Hal apa saja yang kadang menimbulkan konflik? Banyak sekali dan sangat bervarian diantara berbagai pasangan. Namun beberapa hal yang dapat saya eloborasikan disini antara lain : Komunikasi yang terus salah paham Ketidakpuasan akan berbagai hal : sex, keuangan, intimasi, keterbukaan, kejujuran, peran domestic rumah tangga dll Perbedaan karakter yang tajam Perbedaan sifat yang tajam Latar belakang masa tumbuh kembang yang berbeda jauh Perbedaan memandang berbagai value/nilai hidup : nilai kesetiaan, nilai kejujuran, nilai keterbukaan, nilai religiulitas, dan nilai2 lainnya Perbedaan dalam pola asuh anak Perbedaan berelasi dengan teman Perbedaan berelasi dengan keluarga besar Dan berbagai perbedaan lainnya.

Dapat dikatakan bahwa konflik menjadi meruncing dan menjadi makanan sehari-hari dalam pernikahan ketika “perbedaan” menjadi begitu banyak dan signifikan. Dan terkadang banyak pula yang perbedaan terasa kecil namun karena sering dan banyak sehingga efeknya sama saja, terasa menganggu dan membuat perasaan semakin berkurang, datar dan garing. Namun perlu disadari, ketika dua orang menikah, tidak ada dua orang yang benar-benar “cocok” satu sama lain.

Semua pernikahan haruslah merupakan usaha tiada henti untuk menyelaraskan (bukan menyamakan) perbedaan-perbedaan yang ada tersebut, dengan baik, elegan dan memuaskan bagi kedua belah pihak. Namun masalahnya, banyak pasangan tidak mengetahui bagaimana caranya. Bagaimana membangun hidup pernikahan yang menyelaraskan perbedaan-perbedaan yang ada. Ketidak mampuan mengimbangi antara perbedaan dan membangun keselarasan inilah yang menjadi sumber utama konflik yang kadang terus menerus sehingga menyebabkan tidak ada intimacy, perasaaan menjadi garing, ilfill, bahkan kadang sudah tidak ada lagi cinta di antara suami dan istri. Jangankan pernikahan yang banyak perbedaan yang runcing. Yang memiliki banyak kesamaan pun memiliki musuh yang disebut dengan rasa bosan. Menikah dengan orang yang sama bertahun-tahun akan menimbulkan kebosanan yang pada akhirnya menghilangkan kehangatan dan mungkin berujung pada upaya mencari hiburan lain yang dianggap dapat mengusir kebosanan tapi justru berakhir pada semakin parahnya kondisi pernikahan. Kedua hal diatas, yaitu ketidakmampuan menyelaraskan perbedaan dan kebosanan, jika didiamkan terus menerus akan merusak perkawinan.

Dari yang tadinya masih “mau” bertengkar untuk menemukan titik temu, lama-lama menjadi malas. Lama-lama yang dilakukan adalah lebih baik menghindar, bersinggungan seminimal mungkin sehingga tidak harus berkonflik, sehingga lama-lama perasaan menjadi jauh, datar, dingin, dan lama-lama cinta itu menjadi padam. Dan ketika menuju padam, banyak pula yang tergoda untuk berelasi dengan pihak lain, untuk mendapatkan “kecocokan”, rasa nyaman ngobrol, dimengerti, dihargai, dicintai dan ujung-ujungnya berakhir pada perselingkuhan. Jadi janggan anggap remeh ketika pernikahan Anda kerap dilanda konflik. Karena konflik yang terus terjadi tentu akan berakibat menurunkan kemesraan Suami Istri dan pada ujungnya akan membuat pernikahan terasa datar, garing, membosankan, ilfill bahkan kadang sampai mempertanyakan, Mengapa saya harus terjebak dalam pernikahan yang tidak membahagiakan ini? Ketika Anda datang dengan keluhan seperti ini ke www.konselingkeluarga.com dan www.konselingpernikahan.com maka kami memiliki panduan dan langkah praktis apa yang harus Anda lakukan. Konseling bukanlah curhat, bukan omong-omong yang tidak bertujuan. Melainkan suatu proses untuk menemukan keselarasan yang dapat membuat keduabelah pihak baik Suami maupun Istri puas dan bahagia daengan pernikahan yang dijalaninya. Dan semua itu kami lakukan dengan suatu metode dan langkah-langkah yang telah proven untuk : Menemukan akar persoalan yang menjadi “sumber” konflik Proses tersebut dengan panduan yang professional, melalui metode yang kami miliki Mencari dan menemukan “apa” yang salah dan bukan “siapa” yang salah Menemukan pedoman dan tools untuk menyelaraskan perbedaan yang ada, yang akan teruji dalam implementasi hidup sehari-hari Proses pengimplementasian itu akan terus dipantau oleh Konselor (terjadi proses coaching & mentoring) Sampai kepada kedua belah pihak yang ada dalam pernikahan merasa puas Menemukan guideline yang diperlukan jika di kemudian hari timbul lagi persoalan sejenis

Melakukan langkah yang diwajibkan untuk membangun kembali perasaan yang garing, datar dan ilfill Proses pembangunan kembali perasaan tersebut yang akan terus dipantau oleh Konselor Hingga akhirnya kedua Suami Istri dapat menemukan “klik” nya kembali perasaan mereka Proses monitoring tumbuhnya perasaan tersebut sehingga perasaan yang hampir padam dapat kembali seperti semula. Sehingga dapat disimpulkan hal yang akan Anda dapatkan ketika memperbaiki pernikahan Anda dengan datang ke Konselor kami di www.konselingkeluarga.com dan www.konselingpernikahan.com adalah : 1. Masalah menjadi lebih jelas 2. Menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya. 3. Terjadi proses transparansi dan perubahan perspektif 4. Bukan mencari biang kerok kesalahan. 5. Mediasi penyusunan strategi dan kerjasama 6. Pendampingan/coaching and mentoring 7. Perasaan nyaman dan aman 8. Kesinambungan 9. Maintenance and enrichment process Dan tentu saja memperbaiki pernikahan Anda bukan hal yang mudah. Itulah sebabnya biayanya juga tidak “murah”. Memperbaiki rumah/mobil yang rusak tentu jauh lebih mudah, karena rumah/mobil hanyalah benda mati. Jauh berbeda dengan memperbaiki pernikahan yang mana setiap pernikahan adalah berbeda. Setiap suami dan setiap istri adalah berbeda. Sehingga bisa dikatakan semua pasangan adalah unik dan tidak bisa disamaratakan. Kasus yang menjadi masalah pun sangat berbeda-beda antara pasangan yang satu dengan yang lain. Jika Anda ingin agar : menemukan solusi permanen konflik rumah tangga Anda perasaan dan cinta kembali timbul kehidupan sex kembali bergairah Maka syaratnya adalah : Suami istri menjalani proses konseling dengan bekal HUMBLE HEART Humble heart berarti memiliki kerendahan hati untuk mengakui adanya persoalan dan membekali diri dengan niatan baik untuk menemukan solusi terbaik bagi berdua, bukan bagi kepentingan diri sendiri. Memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan kita, kekurangan serta kelemahan kita. Suami istri menjalani proses konseling dengan memiliki pola pikir TEACHABLE & OPEN MIND Sadar bahwa setiap manusia tidak sempurna. Namun suami istri haruslah memiliki pola pikir seorang pembelajar. Suami istri haruslah mempersiapkan hati dan pikiran yang mau belajar, mau ditegur, mau mengubah paradigma berpikir, mau mencoba, mau berusaha, berani untuk keluar dari zona nyaman untuk menemukan solusi yang paling tepat. Suami istri menjalani proses konseling bersama-sama dengan CONSISTENT dan PERSISTENCE Kembali lagi, tidak akan ada hasil apapun dari proses yang instan. Konseling adalah merupakan serangkaian proses terapi percakapan dari hati ke hati. Yang menggali sampai ke inti. Membuka sampai ke lapisan yang terdalam. Yang mengupas seluruh pola pikir, pola integritas diri, pola asuh, pola tumbuh kembang. Suami istri yang menjalani konseling harus menyadari bahwa proses pembenahan adalah dari segala sisi. Bukan hanya dari sisi yang kelihatan atau fenomena persoalan saja. Karena itu, konseling merupakan proses serangkaian terapi yang berkesinambungan. Yang memerlukan kesiapan untuk konsisten dan persisten.

Mengapa? Karena hasil yang diharapkan dari proses terapi konseling adalah hasil yang PERMANEN. Bukan hanya mengubah secara sementara. Berapa lama waktu konseling yang dibutuhkan untuk kembali membuat pernikahan saya “sehat” ? Semua kasus adalah unik dan spesifik, bersifat individual, tidak bisa dibandingkan antara pasangan yang satu dengan yang lain. Ada yang persoalan sangat rumit namun bisa dengan cepat menemukan solusi dan semua kembali back on track dengan cepat. Ada yang masalah gampang namun banyak sekali denial dan pembelokkan fakta sehingga menjadi lama dan berlarut-larut.

Namun intinya, Konselor selalu mengaturkan strategi akan proses menemukan solusi dan pembenahan dilakukan secepat mungkin. Karena sama sebenarnya dengan sakit fisk, semakin lama sembuh, semakin banyak komplikasinya. Karena itu dengan niat dan tekad kuat dan keingian untuk cepat tuntas maka proses pemecahan semua masalah dapat diekskalasi agar cepat selesai dan tidak berlarut-larut. Sehingga Suami dan Istri kembali dapat segera menikmati manisnya perkawinan tanpa ada lagi ganjalan atau batu penghalang dalam perasaan mereka satu sama lain.

Dan seperti segala hal di muka bumi ini, hal yang bagus, yang baik, yang mulia, yang memiliki nilai tinggi tidak pernah didapatkan dengan murah. Ada harga yang harus dibayar. Baik dengan tenaga, waktu dan tentu saja uang. Namun yang penting adalah Anda tahu bahwa uang yang Anda keluarkan tidak akan ada artinya dibandingkan dengan solusi permanen yang Anda dapatkan.

Karena tidak ada gunanya Anda menyimpan sedikit uang lebih namun hidup pernikahan Anda menyengsarakan, Anda tidak dapat fokus bekerja, tidak dapat fokus mengurus rumah tangga, , marah terus menerus, sedih berkepanjangan, hingga depresi bahkan hingga merusak kesehatan fisik.

Sekali lagi, hidup adalah pilihan. Memilihlah dengan bijaksana. Karena pernikahan Anda adalah masa depan Anda. Dan dalam memperbaiki pernikahan, waktu sangat berperan. Semakin Anda menunda maka semakin sulit “membangkitkan” kembali perasaan cinta yang sudah terlalu lama padam. Semakin lama menunda, semakin il-fill dan seperti pada penyakit fisik, ada kata “terlambat”. Ketika “stadium” kerusakan pernikahan Anda sudah sangat parah, maka salah satu pihak akan memutuskan tidak mau lagi memperbaiki dan memutuskan  bahwa bercerai adalah merupakan solusi yang lebih tepat. Kalau salah satu pihak sudah bulat memutuskan, biasa Anda memohon-mohonpun sudah tidak aka nada hasilnya. Karena itu jangan menunda. Semakin cepat Anda take action untuk  memperbaiki, semakin cepat pemulihan akan terjadi.

The help is here…it is your choice to use it or not.

Salam Sejahtera,

Elly Nagasaputra, MK, CHt

Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com

konselingmasalahpernikahan.com

-healing hearts-changing life-

11. Apa Manfaat Yang Suami Istri Dapatkan Ketika Mengikuti Konseling Pernikahan?

Menikah jelas sesuatu itikad yang mulia namun tidak mudah. Banyak hal yang akan terjadi baik suka maupun duka. Ada yang bisa diatasi dengan kerjasama serta pengertian yang baik antara suami dan istri. Ada juga yang tidak diselesaikan, dibiarkan berlarut-larut tanpa ada kejelasan solusinya. Hal yang terpendam kadang tidak menjadi masalah, namun kebanyakan bagai menyimpan bom waktu. Ketika suatu peristiwa terjadi sebagai pemicunya, maka pihak yang memendam masalah akan meledak. Dan jika pasangan tidak dapat mentolerir “ledakan” yang terjadi, hal yang buruk bisa terjadi.Dengan kesadaran, adanya masalah yang tidak terselesaikan, banyak pasangan, terutama yang telah teredukasi dengan baik, sangat mengerti perlunya menemui konselor pernikahan. Yang akan saya bahas disini adalah hal apa saja yang kita ekspektasikan terjadi jika pasangan suami istri datang menemui konselor pernikahan/konselor pernikahan?

1. Masalah menjadi lebih jelas
Konselor pernikahan membantu meletakkan masalah yang ada pada proporsi yang tepat. Dengan tidak “berat sebelah”. Dengan tidak dikacaukan oleh tumpang tindih antara masalah yang satu dengan masalah yang lain. Konselor dengan pengalaman serta jam terbang yang memadai juga mampu “memilah” masalah yang ada, serta menggali jika ternyata yang selama ini diributkan bukan “inti” masalah sebenarnya.

2. Menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya.
Terkadang suami istri terlibat dengan berbagai masalah. Bukan hanya masalah antar pasangan tapi juga melibatkan pihak ketiga, baik itu pil, wil ataupun keluarga besar. Belum lagi persoalan anak, keuangan, pekerjaan dan lain sebagainya. Dan juga suami istri terkadang begitu mempertahankan ego mereka masing-masing sehingga masalah yang diributkan hanyalah fenomena dan bukan akar persoalan mereka sesungguhnya. Dalam hal inilah, konselor berperan untuk menggali dan menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya.

3. Terjadi proses transparansi dan perubahan perspektif
Dengan menemukan akar masalah serta peletakan masalah pada proporsi yang tepat maka kedua pihak yang berkonflik dan terlibat dalam masalah yaitu suami dan istri dimampukan untuk melihat masalah dengan persektif yang tepat. Dan dengan tuntunan konselor, maka proses tranparansi pun terjadi. Suami istri menjadi mampu melihat lebih jelas akan hal apa sebenarnya yang menjadi inti masalah. Dan bagaimana “peran” mereka sehingga masalah itu timbul diantara kedua pihak yang berkonflik.

4. Bukan mencari biang kerok kesalahan.
Perlu disadari bahwa proses konseling yang sehat bukan proses persidangan. Bukan mencari siapa benar atau siapa salah. Karena pada intinya kedua belah pihak bisa sama sama benar dan juga bisa sama sama salah. Yang menjadi fokus adalah mencari apa inti masalahnya dan bagaimana saya sebagai suami atau istri bisa melakukan hal apa guna menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Yang dicari adalah “apa” , “bagaimana” dan bukan “siapa”.

5. Mediasi penyusunan strategi dan kerjasama
Konseling juga merupakan proses pelatihan kerjasama. Setelah inti masalah ditemukan dan diletakkan pada proporsi yang tepat serta mendapatkan tranparansi yang diperlukan maka langkah selanjutnya adalah konselor berperan sebagai mediator untuk mengkoordinir kerjasama antara suami dan istri. Memediasi adanya pengaturan peran kembali. Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan baik oleh suami ataupun istri untuk menemukan solusi dari masalah yang ada. Strategi apa yang harus diterapkan. Langkah action apa yang harus dikomitmenkan.

6. Pendampingan/coaching and mentoring
Setelah ditemukan, maka konselor berperan untuk memberikan pendampingan, pembekalan, pemberdayaan (coaching and mentoring) pada setiap action plan yang telah ditetapkan untuk dilakukan oleh pihak suami dan istri.

7. Perasaan nyaman dan aman
Konselor juga berperan memberikan perasaan aman dan nyaman. Serta memberikan pembekalan baik secara kognitif, dukungan mental dan spiritual bahwa suami istri tersebut akan mampu menyelesaikan persoalan mereka. Dan jika di tengah penerapan action plan yang telah ditetapkan bersama terjadi hambatan dan kesulitan (yang sudah pasti akan terjadi) maka konselor berperan untuk memberkan feed back serta analisa kembali apa yang harus dilakukan kedepannya.

8. Kesinambungan
Konselor juga menjaga dan menjamin adanya kesinambungan. Sehingga apa yang telah dibicarakan di ruang konseling tidak menjadi “mentah” kembali ketika kembali ke kehidupan sehari-hari. Melainkan suami istri benar-benar memegang komitmen untuk melakukan apa yang telah mereka resolusikan di ruang konseling. Action plan yang telah dikomitmenkan sunguh-sungguh dijalankan. Sehingga masalah yang ada benar-benar tersolusikan. Bukan hanya “hilang sementara” selama mereka konseling, lalu timbul kembali begitu proses terapi konseling telah selesai.

9. Maintenance and enrichment process
Perkawinan yang sehat tentu perlu aspek pemeliharaan. Perlu “tune-up”, perlu “service rutin” sehingga memastikan segala sesuatu jalan pada rel yang benar dan memenuhi ekspektasi keduabelah pihak. Konselor memastikan, ketika persoalan telah terselesaikan maka kedua belah pihak tidak menjadi terjebak kembali kepada rutinitas yang membosankan. Tapi senantiasa diperbaharui, diperkaya sehingga walau perkawinan berlangsung bertahun-tahun tetap menggairahkan dan tidak membosankan. Tetap mampu menemukan “greget”nya dan tetap exciting untuk dijalani.

10. Last but not least : syarat keberhasilan langkah no 1 hingga 9
Apa yang saya dituliskan di nomor 1 hingga 9 HANYA bisa terjadi apabila keduabelah pihak (Suami dan Istri ) mengikuti proses konseling dengan 3 kondisi/syarat :1) Suami istri menjalani proses konseling dengan bekal HUMBLE HEART
Humble heart berarti memiliki kerendahan hati untuk mengakui adanya persoalan dan membekali diri dengan niatan baik untuk menemukan solusi terbaik bagi berdua, bukan bagi kepentingan diri sendiri. Memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan kita, kekurangan serta kelemahan kita. Kejujuran sejati dari kerendahan hati yang hakiki.

2) Suami istri menjalani proses konseling dengan memiliki pola pikir TEACHABLE & OPEN MIND
Sadar bahwa setiap manusia tidak sempurna. Namun suami istri haruslah memiliki pola pikir seorang pembelajar. Suami istri haruslah mempersiapkan hati dan pikiran yang mau belajar, mau ditegur, mau mengubah paradigma berpikir, mau mencoba, mau berusaha, berani untuk keluar dari zona nyaman untuk menemukan solusi yang paling tepat.

3) Suami istri menjalani proses konseling bersama-sama dengan CONSISTENT dan PERSISTENCE
Kembali lagi, tidak akan ada hasil apapun dari proses yang instan. Konseling adalah merupakan serangkaian proses terapi percakapan dari hati ke hati. Yang menggali sampai ke inti. Membuka sampai ke lapisan yang terdalam. Yang mengupas seluruh pola pikir, pola integritas diri, pola asuh, pola tumbuh kembang. Suami istri yang menjalani konseling harus menyadari bahwa proses pembenahan adalah dari segala sisi. Bukan hanya dari sisi yang kelihatan atau fenomena persoalan saja. Karena itu, konseling merupakan proses serangkaian terapi yang berkesinambungan. Yang memerlukan kesiapan untuk konsisten dan persisten. Mengapa? Karena hasil yang diharapkan dari proses terapi konseling adalah hasil yang PERMANEN. Bukan hanya mengubah secara sementara.

Tentu saja semua kasus adalah spesifik, bersifat individual, tidak bisa dibandingkan antara pasangan yang satu dengan yang lain. Ada yang persoalan sangat rumit namun bisa dengan cepat menemukan solusi dan semua kembali back on track dengan cepat. Ada yang masalah gampang namun banyak sekali denial dan pembelokkan fakta sehingga menjadi lama dan berlarut-larut.

Namun intinya, Konselor selalu mengaturkan strategi akan proses menemukan solusi dan pembenahan dilakukan secepat mungkin. Karena sama sebenarnya dengan sakit fisk, semakin lama sembuh, semakin banyak komplikasinya. Karena itu dengan niat dan tekad kuat dan keingian untuk cepat tuntas maka proses pemecahan semua masalah dapat diekskalasi agar cepat selesai dan tidak berlarut-larut.

Sehingga Suami dan Istri kembali dapat segera menikmati manisnya perkawinan tanpa ada lagi ganjalan atau batu penghalang dalam perasaan mereka satu sama lain.

Dan seperti segala hal di muka bumi ini, hal yang bagus, yang baik, yang mulia, yang memiliki nilai tinggi tidak pernah didapatkan dengan murah. Ada harga yang harus dibayar. Baik dengan tenaga, waktu dan tentu saja uang. Namun yang penting adalah Anda tahu bahwa uang yang Anda keluarkan tidak akan ada artinya dibandingkan dengan solusi permanen yang Anda dapatkan. Karena tidak ada gunanya Anda menyimpan sedikit uang lebih namun hidup Anda sengsara, tidak dapat fokus bekerja, tidak enak makan dan minum bahkan mungkin sudah menggerogoti fungsi diri Anda sebagai manusia yang utuh.

Berbijaksanalah untuk mengejar kebahagiaan sejati, memiliki keluarga yang utuh, sehat dan membanggakan bagi diri sendiri, bagi pasangan, bagi seluruh keturunan Anda ke bawah, bagi keluarga besar dan tentu saja bagi Tuhan.

10. Melakukan Segala Sesuatu dengan Sepenuh Hati

Belum lama ini saya membaca artikel yang menyatakan bagaimana kita sebaiknya mencampurkan unsur emosi atau melibatkan emosi dalam apapun yang kita kerjakan. Atau dengan kata lain ungkapan yang mengatakan : melakukan segala sesuatu dengan hati. Melakukan dengan sepenuh hati.

Namun sebenarnya, apa maknanya kita harus melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati?

Pria dikatakan sebagai streotype yang melakukan segala sesuatu berdasarkan logika, sedangkan wanita melakukan segala sesuatu dengan perasaan. Yang mana sedikit banyak hal ini benar adanya. Namun tentu berbeda bagi setiap orang. Ada pria yang cukup banyak memakai racikan perasaan, ada yang hanya sedikit. Banyak juga wanita yang sangat kuat mengandalkan logika dan tidak terlalu mengikuti perasaan hatinya. Dan berbeda juga tentunya untuk setiap panggilan profesi. Ada profesi tertentu yang harus menggunakan komponen perasaan yang lebih banyak seperti pemusik, pelukis, penulis cerita. Dan ada profesi yang harus sangat kuat menggunakan logika dan fakta, dokter bedah misalnya. Sehingga tentu saja, mitos pria hanya mengandalkan logika dan wanita hanya mengandalkan perasaan tidak sepenuhnya benar. Banyak sisi kompleks yang harus digali lebih dalam  dan dianalisa lebih detail .

Pada intinya kita tentu ingin apa yang kita kerjakan berhasil dengan baik. Dengan baik, berarti apa yang kita lakukan berguna bagi diri dan bagi sesama.

Belum lagi bila diukur baik dan berhasilnya dari sisi pandang Pencipta kita.

Namun jika kita ingin mengerjakan sesuatu dengan berhasil, apakah bisa hanya dibekali dengan logika? Ataukah hanya dengan hati? Atau campuran yang imbang antara keduanya? Apa sih sebenarnya yang dimaksudkan melakukan segala sesuatu dengan hati?

Saya percaya bahwa kita akan mendapatkan hasil yang paling optimal bila melakukan apapun yang kita kerjakan dengan sepenuh hati. Mengapa? Karena kita manusia yang dibekali dengan perasaan. Yang membuat kita menjadi mahluk ciptaan yang tertinggi adalah karena kita memiliki perasaan, kepekaan untuk dapat berempati, kepekaan untuk dapat melihat lebih dari sekadar pemaparan fakta dan logika. Sehingga jelas, jika kita melakukan dengan hati maka kita maju satu langkah kedepan. Tidak hanya berdasarkan fakta dan logika tapi masuk ke layer yang lebih dalam, melihat dengan kaca mata hati nurani kita.

Tentu saja tidak mudah dan tidak semua orang terbiasa melakukan hal ini. Banyak sekali faktor terlibat. Entah sekadar karena tipe kepribadian yang berbeda, pengalaman hidup yang berbeda, situasi lingkungan yang berbeda yang bisa membuat tiap orang memberikan response yang berbeda. Ada yang memiliki kepekaan lebih tinggi, ada yang sama sekali tidak dapat mencerna apa yang terjadi disekililingnya dengan kepekaan hati.

Namun kita juga harus berhati-hati tidak terjebak dalam permainan perasaan yang salah. Karena hati nurani kita bisa salah. Bisa? Ya, bisa salah. Karena kita manusia yang sudah jatuh dalam dosa sehingga hati nurani kita pun bisa menuntun pada sesuatu yang pada akhirnya adalah salah. Sehingga memang complicated. Dan sekali lagi perlu perenungan dan penggalian yang lebih dalam untuk menilai dan menimbang segala sesuatu dari hati, perasaan dan juga logika yang memadai.

Bagaimanapun saya setuju. Kerjakanlah segala sesuatu dengan hati. Dengan passion. Dengan rasa cinta yang besar dan murni dan tulus.  Libatkanlah emosi dalam apapun yang Anda kejakan. Asah kepekaan hati nurani Anda. Dan juga tentu berdoa untuk semua yang Anda kerjakan. Dan lihatlah…. Anda akan menikmati hasil akhir yang berbeda.

Sesuatu yang nampaknya rusak dan gagal, bisa berubah menjadi sesuatu yang baik dan berhasil. Namun sesuatu yang nampaknya berhasil tapi Anda kerjakan tanpa hati, tanpa kesungguhan, tanpa passion yang mendalam maka hanya menjadi seonggok kesuksesan yang  Anda rasakan puas namun hanya secara sementara. Rasa puas tersebut akan cepat menguap meninggalkan Anda yang terjebak dalam kehampaan hidup.

Kejarlah  makna hidup yang lebih dalam. Kerjakanlah apapun….. baik hal yang sederhana ataupun hal besar dan penting dengan sepenuh hati, dengan passion yang mendalam, dengan kepekaan yang tinggi diiringi dengan doa dan ketulusan dan ucapan syukur….maka Anda akan memiliki puas yang hakiki terlepas apakah yang Anda kerjakan berhasil atau tidak dari ukuran manusia.

Selamat menikmati hari-hari dengan sepenuh hati.

Salam Sejahtera,

Elly Nagasaputra, MK, CHt

Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com

konselingmasalahpernikahan.com

-healing hearts-changing life-

9. Menikah agar Hidup Anda lebih Berbahagia?


Berapa banyak orang yang saat memasuki usia akil balik memikirkan mengenai memiliki pacar. Mengandaikan memiliki pacar seperti yang diinginkan dan dicita citakan. Memasuki usia yang lebih matang maka pada umumnya mulai mengharapkan mendapatkan pasangan hidup. Kemudian dilanjutkan dengan memasuki jenjang pernikahan.

Jika Anda sudah menikah saat ini, pernahkan terpikir, mengapa Anda dahulu memutuskan untuk menikah?

Apakah dengan menikah Anda berharap dapat menjadi manusia yang hidup lebih berbahagia? Mengapa ?

Sadarkah bahwa banyak orang setelah masuk ke dalam lembaga pernikahan ternyata tidak semakin bahagia malah semakin terlibat dengan banyak persoalan yang tidak ada habis-habisnya. Bagaikan masuk dalam lingkaran setan terus menerus yang pada akhirnya dihadapkan pada solusi terbaik yaitu bercerai. Baik bercerai secara legal maupun masih berada dalam lembaga yang disebut pernikahan tetapi telah bercerai secara emosional. Masing-masing menjalani hidup sendiri-sendiri walaupun masih tinggal satu atap.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Mengapa mimpi-mimpi indah yang kita cita-citakan sejak dari muda dan sejak pacaran tidak terealisasi? Malah menjadi suatu realita hidup yang makin buruk dari hari ke hari. Apa yang salah sebenarnya?

Namun disisi lain, banyak juga orang yang menikah dan akhirnya hidup berbahagia. Tentu tidak sempurna namun bisa dikatakan hidup cukup berbahagia. Dan masih memiliki pernikahan yang sehat hingga usia lanjut.

Lalu dimana letak kunci permasalahannya ? Apa yang membedakan hingga terjadi kedua situasi seperti diatas?

Bagaimana dengan pernikahan Anda? Apakah kondisi pernikahan Anda sehat dan membuat Anda merasa puas dan berbahagia?

Atau Anda merasa telah menikah dengan bekal cinta pada pasangan Anda, tapi hidup pernikahan Anda ternyata tidak bahagia? Terasa ada yang hilang dan kurang? Atau bahkan merasa telah menikah dengan orang yang salah?

Atau apakah justru karena menikah Anda justru masuk dalam suatu situasi yang senantiasa tidak damai sejahtera?

Apakah Anda ada di suatu periode kehidupan dimana Anda merasa perlu pertolongan Konselor Pernikahan Profesional untuk membantu Anda menemukan semua jawaban tersebut?

Anda tidak sendiri. Banyak sekali pernikahan yang terlihat bagus tapi sebenarnya tidak puas dan bahagia. Banyak yang masih bertahan dan tetap setia, banyak juga yang akhirnya berselingkuh. Semua karena mereka tidak dapat memiliki apa yang disebut “bahagia”. Mengapa bahagia sulit dicapai? Mengapa kepuasan sangat sulit diraih? Terkadang karena mungkin sebenarnya menikah bukan untuk mencari bahagia. Banyak orang mencari bahagia ditempat yang salah, salah satunya di lembaga yang disebut pernikahan. Dan karena mencari di tempat yang salah, maka akhirnya tidak ditemukan dan menimbulkan frustasi.

Lalu apa guna menikah jika bukan sebagai tempat mencari yang disebut bahagia? Itu lah salah satu agenda utama yang juga akan dibahas jika Anda ingin memperbaiki pernikahan Anda. Jika Anda merasa garing setelah pernikahan sekian tahun, bosan, jenuh, lelah, ilfil, mati rasa dan merasa ingin memperbaiki pernikahan Anda, maka satu-satunya jalan adalah melalui proses coaching dan mentoring dalam sessi Konseling pernikahan. Konseling dapat diibaratkan seperti kursus. Anda dan pasangan mengikuti “kursus” apa sebenarnya tujuan pernikahan, bagaimana saya bisa menjadi bahagia dalam pernikahan, bagaimana saya mensolusikan begitu banyak konflik dan berbagai perbedaan yang menyebabkan tidak bahagia.

Salam Sejahtera,

Elly Nagasaputra, MK, CHt

Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com

konselingmasalahpernikahan.com

-healing hearts-changing life-

8. Siapa Belahan Jiwa Anda? Who is your Soulmate?

Salah satu keputusan besar bahkan salah satu yang terbesar dalam hidup kita adalah bagaimana kita dapat menemukan pasangan hidup yang tepat. Siapa belahan jiwa kita, who is your soul mate?

Ada yang mengatakan jodoh di tangan Tuhan, Ya benar…sebenarnya segala sesuatu dalam hidup kita ada ditangan-Nya bukan? Tetapi bagaimana kita bergaul, membina relasi dan akhirnya menentukan siapa pasangan hidup kita ada ditangan kita sendiri. Dan salah satu keputusan terbesar yang akan kita ambil dalam hidup ini adalah dengan siapa kita menikah.

Menikah dengan orang yang tepat di saat yang tepat, tidak memberi garansi hidup bahagia selamanya (live happily ever after). Yang ada adalah kita mendapatkan partner yang dapat kita andalkan selama kita hidup di muka bumi ini untuk menghadapi baik masa susah maupun masa senang. Dengan memiliki partner yang tepat maka hidup yang menyenangkan menjadi lebih seru karena kita memiliki teman untuk berbagi kesenangan. Dan pada masa kesulitan, hidup menjadi lebih mudah dijalani karena kita tahu pasti bahwa kita memiliki seseorang yang mengerti dan menemani kita sepanjang masa yang sulit dan berjuang bersama untuk keluar dari kesulitan.

Tentu tidak mudah mencari dan mendapatkan partner seperti ini. Partner yang mau mengerti diri kita, mau menjalani hidup bersama kita seumur hidup sampai kita meninggal. Sebaliknya perikatan ini juga bersifat timbal balik, berarti kita juga mau terikat seumur hidup dengan partner kita baik dalam susah maupun senang.

Jadi sulitkah menemukan partner seperti ini dalam hidup? Yah tentu. Karena ada banyak sekali aspek yang harus digali dalam masa bergaul dan pendekatan hingga pacaran hingga ke masa konfirmasi dimana Anda yakin bahwa DIA lah yang dapat Anda andalkan untuk menjalani hidup dengan segala susah senangnya hingga maut memisahkan Anda berdua.

Banyak orang mau berbagi jika sedang senang tapi untuk mau berbagi di saat paling sulit dan gelap dalam hidup kita, tidak banyak yang mau. Banyak yang mau menikahi pria/wanita yang tampan/cantik, pintar, punya masa depan yang baik, dari latar belakang keluarga yang baik, dengan latar belakang pendidikan dan iman yang sepadan, memiliki hobby dan passion yang sama, cocok dalam sifat dan karakter. Namun masalahnya, tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada manusia yang seperti itu. Dan tidak ada pasangan yang 100% cocok seperti itu. Berhati-hatilah jika kita menemukan orang seperti itu. Something that is so good to be true sometimes not true at all. Bukan berarti kita harus menggantungkan cita-cita kita mendapatkan pasangan yang kita inginkan. Tentu kita harus memiliki suatu standar dan harapan serta idealisme yang harus kita cari dan kita penuhi dari pasangan kita. Namun terkadang kita tidak dapat mengatur hati kita untuk jatuh cinta pada siapa. Ada peribahasa yang mengatakan Love is Blind, yang mana kurang lebih memang seperti itu. Cinta yang kekanak-kanak, cinta yang hanya mengharapkan romantisme sesaat biasanya terjebak dalam kebutaan untuk melihat realitas sesungguhnya.

Melihat realita adalah satu hal yang paling penting diantara puluhan hal penting lainnya saat kita memutuskan siapakan patner for life kita. Dan untuk dapat melihat realita maka kita harus bisa membedakan mana yang sesungguhnya, yang asli, yang sejati dengan hal mana yang palsu, yang dibuat-buat dan yang ditutup-tutupi. Semakin mampu kita menggali “keaslian” siapa sesungguhnya jati diri calon partner hidup kita maka akan semakin besar kemungkinan terhindar dari “kebutaan” atas nama cinta dan pada akhirnya akan membawa kita pada suatu kebijaksanaan untuk memutuskan apakah kekasih Anda adalah pasangan yang tepat.

Untuk menghindari begitu banyak airmata yang akan terjadi jika kita mengalami kesalahan dalam memilih partner seumur hidup maka Konseling Pra-Nikah ( Pre-Marital Counseling) merupakan satu hal yang sangat sangat penting untuk dilakukan. Konselor akan menuntun dan memediasi kedua orang yang akan masuk dalam pernikahan, untuk dapat melihat dengan jelas siapa diri mereka, apa ekspektasi mereka dalam lembaga pernikahan, apa ekspektasi mereka terhadap pasangan, apa aturan main yang akan diterapkan dalam lembaga pernikahan tersebut dan berbagai detil persiapan yang harus dengan matang dibicarakan dan direncanakan sebelum memasuki suatu lembaga yang sakral, yang diharapkan hanya terjadi satu kali dalam seumur hidup, yaitu lembaga yang disebut dengan pernikahan. Termasuk pembahasan penting dalam 3 area yaitu love, passion dan intimacy.

Suatu kesalahan dalam memilih pendamping hidup tidak hanya akan membuat begitu banyak kesengsaraan bagi pihak yang menjalani ikatan tersebut tapi juga bagi generasi berikut. Bagi anak-anak korban perceraian. Yang biasanya membawa dampak luka batin yang cukup parah dan akan terbawa bekasnya hingga saat anak-anak ini dewasa kelak dan membina keluarga mereka sendiri. Jadi bisa dibayangkan bahwa “kerusakan” dan “luka” yang diakibatkan kesalahan memilih pasangan bisa berdampak ke beberapa generasi ke bawah. Alangkah baiknya jika hal ini dapat dicegah. Betapa akan membawa dampak yang jauh berbeda bagi generasi berikut jika mereka dapat lahir dan tumbuh dari keluarga yang orang tuanya rukun, saling mendukung, saling mencintai hingga maut memisahkan mereka. Orang tua yang bisa menjadi role model bagi anak tersebut membangun masa depannya.

Salah satu langkah penting dalam membina hubungan adalah bagaimana kita dapat melihat realitas sesungguhnya. Termasuk realita diri kita sendiri. Jujur pada diri kita sendiri. Mampu juga untuk melihat pasangan kita seperti apa adanya. Mampu untuk menerima pasangan apa adanya, dengan segala kebaikan dan keburukan. Baik sifat, karakter, temperamen, kebiasaan dalam diri. Yakin bahwa disaat yang terburuk, Anda akan tetap mencintainya dengan kadar cinta yang sama dengan di saat yang terbaik.

Sehingga saat dari awal menjalin relasi dengan seseorang yang kita anggap dapat menjadi partner seumur hidup, bersikaplah jujur. Bersikaplah apa adanya. Semakin Anda menjadi diri Anda sendiri, sejati, just the way you are …maka proses berpacaran hingga sampai pada proses konfirmasi bahwa Anda yakin Dialah pasangan yang tepat, menjadi lebih mudah dan lancar.

Just be the way you are…in good times and bad times and let your lover see you and make sure he or she willing to take you just the way you are. Tentu berlaku juga sebaliknya, pasangan kita harus mampu menjadi dirinya sendiri, tanpa takut bahwa menjadi diri sendiri akan membuat cinta berkurang atau malah hilang.

Orang yang mau menerima Anda apa adanya dengan tulus dan sejati dan Anda juga merasakan yang sama…..maka most likely pilihan Anda tidak salah.

Salam Sejahtera,
Elly Nagasaputra, MK, CHt
Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com

-healing hearts-changing life-

7. Marah

Siapa diantara kita yang tidak pernah marah? Pasti semua pernah. Marah adalah salah satu bentuk emosi yang dikaruniakan Tuhan pada manusia. Hampir semua manusia pernah marah. Namun, setiap dari kita, marah dengan cara yang berbeda, demi alasan yang berbeda dan untuk tujuan yang berbeda.

Ada yang marah sekadar marah, sekadar melampiaskan dan mengeluarkan emosinya. Tanpa memikirkan apa tujuan dia marah. Ada yang marah kemudian diiringi dengan rasa bersalah karena merasa bahwa marahnya adalah salah, karena melukai orang yang dicintai baik fisik maupun psikis.

Ada yang juga merasa marahnya tidak dapat dikontrol dengan baik sehingga menimbulkan akibat samping yang merugikan. Ada juga yang sibuk bertanya-tanya, sebenarnya bolehkah kita marah? Sehat dan baikkah jika kita marah?

Ada juga yang sangat sulit untuk marah. Walaupun merasa marah, tidak berani menunjukkannya, bahkan dalam kadar yang parah, tidak berani menunjukkan ketidaksetujuan akan sesuatu.

Marah adalah salah satu bentuk emosi disamping berbagai emosi lain yang dimiliki oleh manusia normal. Antara lain sedih, kecewa, takut, bahagia, damai dan berbagai emosi lainnya. Jika marah diberikan kepada manusia, maka marah sebenarnya merupakan emosi yang baik dan berguna. Namun, banyak orang tidak setuju tentu. Banyak yang merasa bahwa dimarahi adalah suatu pengalaman yang tidak enak. Mengeluarkan amarah pun kadang merupakan pengalaman yang dianggap merugikan dan disesali oleh orang yang marah. Bahkan banyak orang yang masih senantiasa bergumul dengan marahnya, karena ketidakmampuan untuk mengendalikan marahnya. Mengakibatkan banyak konflik dan ketidakbahagiaan bagi orang disekelilingnya karena ketidakmampuan untuk mengendalikan kemarahan.

Sehingga timbul pertanyaan, jika marah itu baik, dalam batasan dan pengertian apa marah itu baik? Dalam hal seperti apa, marah merupakan hal yang baik dan membangun? Seberapa kita dapat mengetahui , apakah marah yang kita keluarkan pada seseorang akan menimbulkan akibat yang membangun daripada penghancuran yang semakin memperparah situasi?

Begitu pula dalam hubungan suami istri. Jika suami marah pada istri, baikkah hal itu pada relasi mereka di kemudian hari? Begitu pula istri pada suami. Belum lagi, jika kita merasa marah pada orang yang lebih tua dan lebih kita hormati. Begitu pula seorang atasan yang marah pada team kerjanya. Atau sebaliknya, kita yang terkadang marah pada pihak yang lebih berkuasa dan berotoritas dari kita.

Jadi bagaimana kita melakukan marah yang baik, benar dan ”berkualitas” ? Dalam arti, melalui proses marah itu, kita dapat mencapai suatu tujuan yang kita harapkan dan bukan malah menghancurkan relasi yang sudah kita bina.

Kembali, marah yang tepat dan benar seperti banyak hal lainnya dalam hidup, memerlukan strategi.

Ada 3 langkah yang perlu kita lakukan agar dapat mencapai ”hasil” yang positif dari marah kita:

  1. Miliki alasan yang benar untuk marah

Jika kita terjebak dalam kemacetan di tengah lalu lintas Jakarta pada saat kita berangkat kantor pagi hari. Lalu kita merasa marah karena terjebak tak berdaya dan membuat kita akan terlambat masuk kantor hari itu, maka itu adalah marah yang tidak ada gunanya. Marah karena suatu alasan yang tidak tepat. Marah atas sesuatu yang diluar kontrol kita. Macetnya lalu lintas adalah hal yang diluar kontrol kita. Yang dapat kita lakukan adalah mengontrol jam berapa kita mau berangkat kantor agar dapat terhindar dari macet.

Memiliki alasan yang benar berarti kita marah karena sesuatu yang memang patut untuk marah. Sesuatu yang ada dalam batasan kontrol kita. Sesuatu yang merupakan moral baik yang patut dipertahankan. Ada yang ingin dicapai dalam marah itu, yang merupakan hal baik yang benar yang harus kita tegakkan karena itu ada dalam batas kontrol dan otoritas kita.

Jika kita marah karena tiba-tiba ada orang yang menyelak antrian di kasir supermarket, dengan alasan, bahwa orang tersebut tidak mengerti tata tertib mengantri dan kita menegur dengan tegas dan sopan bahwa orang tersebut harus masuk dalam antrian, itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan.

Namun jika kita marah dan mencaci maki orang tersebut karena harga diri kita tersinggung, karena kita dianggap bukan siapa-siapa oleh orang itu, sehingga orang itu ”berani” menyelak antrian didepan kita, maka marah kita itu adalah salah dan sama sekali tidak berguna.

Sehingga seperti banyak hal lainnya, yang membedakan apakah marah tersebut benar, tepat dan berguna adalah apa yang menjadi motivasi, landasan, latar belakang kita untuk marah. Penting sekali memiliki kejelasan (clarity) akan apa penyebab kita marah sehingga kita dapat memberikan penilaian, perlukah kita marah atau benar tidakkah tindakan kita untuk marah.

Sehingga, betapa kompleksnya marah itu. Marah yang sama, terhadap orang yang sama, bisa jadi berbeda. Dalam contoh kasus orang yang memotong antiran diatas, yang pertama, kita marah untuk menegur orang tersebut untuk mengerti makna mengantri, kita menegur dengan tegas dan sopan. Marah yang kedua, hanya karena ego kita yang tersinggung, kita marah dengan cara yang kampungan dan orang yang dimarahi juga mungkin tidak akan terima, yang ada malah berkelanjutan dengan debat mulut atau perkelahian yang memalukan.

Sehingga untuk satu kasus yang memang harus marah, marah itu sendiri dibedakan oleh alasan/motivasi kita marah. Dan juga bagaimana cara kita mengeluarkan/menyampaikan kemarahan tersebut.

  1. Mengetahui cara yang benar untuk marah

Cara marah yang benar akan membuat orang terhadap siapa kita marah, mengetahui kesalahannya, merasa malu dan bersalah akan kesalahannya dan menimbulkan tekad untuk memperbaikinya.

Sebaliknya, cara marah yang salah, membuat orang terhadap siapa kita marah  merasa marah, bahkan lebih marah, diiringi dengan rasa sakit hati kadang malah ada dendam. Sehingga marah tersebut tidak tercapai tujuannya, justru  menimbulkan masalah baru yaitu adanya sakit hati dan rasa ingin membalas dari orang terhadap siapa kita marah.

Jadi bagaimana, supaya kita marah yang baik dan mencapai tujuan marah tersebut?

Tentu nomor satu, harus adanya alasan yang tepat untuk marah. Alasan yang terhormat dan benar.

Kedua : Perlu dikatakan di awal proses bahwa kita sedang marah. Ya, marah perlu minta ijin. Hal ini umumnya adalah jika kita hendak marah pada orang dekat kita, misal terhadap keluarga (suami, istri atau anak). Katakan di awal bahwa, kita sedang minta waktu untuk bicara serius karena ada sesuatu yang mengganjal dan bahwa kita sedang marah akan sesuatu. Tentu ada resikonya, jika orang yang mau kita ajak bicara dan melampiaskan marah kita sedang tidak berkenan (misal suami berkata bahwa dia sedang capek dan tidak mau diganggu) maka mau tidak mau, kita harus menahan marah kita dan meminta waktu, kapan momen yang tepat untuk membicarakan kemarahan kita.

Begitu juga dengan anak. Saya lihat, sering sekali orangtua teriak-teriak tidak jelas. Sang anak bahkan tidak mengerti apakah orang tua sedang marah atau apa, berhubung cara bicara yang teriak-teriak sudah menjadi kebiasaan. Biasakan untuk memanggil anak kita, secara pribadi, tidak didepan kakak atau adiknya, bicarakan dengan serius, bahwa Anda sedang marah. Dan yang membuat Anda marah adalah apa. Bicarakan cukup dengan nada serius. Sehingga anak sejak dari kecil akan menghargai orangtuanya. Tidak perlu berbicara terus menerus dengan nada tinggi bahkan teriak.

Jika marah terhadap orang lain,  Anda juga perlu ungkapkan diawal. Bahwa ada hal serius yang hendak kita dibicarakan, ada sesuatu yang serius yang membuat kita marah dan kita hendak bicarakan kemarahan itu dengan orang tersebut.

Dan yang ketiga, memiliki cara marah yang benar, dengan sopan santun yang tetap harus dijaga. Marah berbeda dengan mengamuk. Marah berarti kita mengeluarkan hal yang tidak kita setujui atau sesuatu yang kita anggap tidak benar, dengan cara yang elegan dan terhormat. Setiap orang mungkin punya cara yang berbeda. Tapi dengan menguasai diri kita saat marah, maka marah tidak menjadi proses mengamuk, melainkan memampukan kita menyampaikan secara tenang dan jelas setiap point yang membuat kita marah sehingga permasalahan menjadi jelas. Dan pihak yang kita ajak bicara akan lebih mengerti point permasalahan yang membuat marah dan akan lebih mudah tercapai proses negosiasi menuju solusi yang menyebabkan kemarahan tersebut.

  1. Melakukan proses negosiasi

Setelah mengungkapkan dengan jelas, tenang dan terkontrol maka langkah selanjutnya masuk ke tahap negosiasi. Lalu setelah kita mengungkapkan apa yang membuat kita marah, kita mau apa? Hal apa yang kita harapkan berbeda? Hal apa yang perlu disepakati antara kita dengan orang tersebut akan hal yang tidak kita setujui tersebut?

Jika kita marah dengan anak, maka kita mengulangi kembali, peraturan apa yang telah dilanggar anak kita. Apa yang kita harapkan di kemudian hari untuk tidak terjadi lagi.

Dengan pihak lain, tentu tidak sedemikian sederhana. Kita tidak bisa memaksakan apa saja yang kita mau untuk dituruti oleh pihak lain. Ada kalanya perlu ada proses perundingan dan negosiasi, sehingga ada kesepakatan bersama, agar jika terjadi situasi seperti itu lagi di kemudian hari, bagaimana kita akan bereaksi dan bagaimana ekspektasi reaksi kita dari orang tersebut.

Segala hal memang mudah untuk ditulis dan dibaca. Namun sangat sulit untuk dilakukan. Perlu latihan dan terus melatih kepekaan diri sehingga kelak kita akan mempunyai remote control yang bagus atas emosi kita. Dan ini jelas merupakan proses belajar seumur hidup, hari lepas hari, kasus lepas kasus.

Kuncinya adalah memiliki ”teachable heart”. Jika kita memiliki kerendahan hati untuk mau belajar maka walau mengalami jatuh bangun, walau kita tidak langsung bisa, menguasai dan berhasil, paling tidak kita belajar. Hari ini haruslah lebih baik dari hari kemarin. Jika kita marah saat ini, paling tidak, cara marah kita ada kemajuan dibanding kemarahan kita yang terakhir.

Satu hal tambahan, marah yang tidak terkontrol menjadi salah satu penyebab banyak sekali konflik dalam pernikahan yang mengakibatkan adanya sakit hati mendalam dan berkepanjangan bagi salah satu pihak. Pihak yang lemah, yang berpasangan dengan pihak yang dominan, ditambah pihak yang dominan memiliki tendensi untuk control berlebihan akan menyebabkan tekanan yang besar bagi pasangan yang lemah. Marah menjadi salah satu bentuk verbal abuse yang menimbulkan luka mendalam bagi pihak yang lemah. Dan terkadang, jika sudah menahun, menimbulkan kesulitan besar untuk rekonsiliasi. Sadarilah sejak dini jika kita bermasalah mengontrol kemarahan kita.

Jika dari diri sendiri sudah kehilangan kemampuan untuk berubah, usahakan cari pertolongan dari Konselor Profesional. Kemarahan yang berlebihan, akan menyebabkan salah satu pasangan hidup menjadi ”gerah” dan lambat laun ingin keluar dari perkawinan.

Banyak sekali isue terkait dalam pribadi yang mudah marah tanpa dapat mengontrol diri saat marah. Mulai dari kepahitan diri sendiri, dibesarkan dari pola asuh keluarga yang pemarah, masalah citra diri, masalah visi dan tujuan hidup, perasaan gagal, kecewa, dilukai, tidak dihargai sampai kepada masalah fisik, misalnya ada tendensi punya tensi darah yang diatas rata-rata. Dalam kasus yang lebih parah lagi, tidak hanya marah verbal tapi sampai kepada pelampiasan secara fisik kepada orang-orang terdekatnya.

Sekali lagi jangan khawatir jika kita marah. Yang terpenting memiliki kepekaan hati untuk menganalisa apa motivasi kita marah, bagaimana cara kita mengeluarkan kemarahan dengan tepat serta memiliki keterbukaan hati dan pikiran untuk bernegosiasi dengan pihak terhadap siapa kita marah sehingga marah tersebut dapat menemukan solusi yang disepakati oleh keduabelah pihak.

Dan ketika marah kita sudah menjadi masalah dalam pernikahan, membuat pasangan kita gerah , ilfill bahkan takut, maka segeralah mencari pertolongan Konselor Profesional, sebelum api cinta itu benar-benar padam.  Karena marah yang parah sudah berpotensi menjadi “pembunuh” karakter bagi pasangan yang ada dalam posisi tertindas dalam pernikahan, yang bisa menyebabkan kapok dan lebih memilih untuk bercerai.  Karena itu sebelum kondisi menjadi parah dan tak tertolong, segeralah mencari solusi permanen dari Konselor Diri dan Konseling Pernikahan yang berpengalaman.

Salam Sejahtera,

Elly Nagasaputra, MK, CHt

Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com

konselingmasalahpernikahan.com

-healing hearts-changing life-

6. Apa yang terjadi dalam ruang Konseling?

Anda mungkin bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi di ruang konseling. Dan tehnik apakah sebenarnya yang digunakan dalam proses terapi konseling.

Konseling adalah sebuah terapi lewat percakapan, penggalian data, peristiwa, masa lalu, perasaan, keinginan, pikiran, pergumulan, harapan ideal, harapan masa depan dan segala hal dalam diri Klien, yang dirasa tidak beres dan memerlukan pertolongan.

Konseling bukanlah sekedar perbincangan apalagi curhat. Konseling juga bukan sekedar proses meminta bantuan karena perlu “nasehat” dan “arahan” dari Konselor. Karena Konselor dan Klien, adalah dua pribadi berbeda dengan dua paradigman berpikir dan keinginan yang berbeda. Kurang tepat juga jika Klien hanya datang karena membutuhkan “nasehat” dari Konselor.

Counselor go beyond that. Bukanlah sekedar pemberian nasehat. Sebenarnya, Konselor membantu Klien untu merestrukturisasi kembali hidupnya. Segala hal yang dirasa tidak benar dan dirasa menjadi masalah, ditata kembali oleh Klien dengan bantuan Konselor Profesional. Proses restrukturisasi itulah sebenarnya yang terjadi dalam terapi konseling.

Saya sebenarnya tidak terlalu menyukai pemaparan artikel yang bersifat teoritis, karena Klien tentu bukan psikolog atau yang menyukai dunia kejiwaan sehingga perlu pemaparan secara detail. Namun mungkin menarik juga bagi sebagian Klien, untuk mengetahui sebenarnya apa landasan teori dan pendekatan yang dipakai oleh Konselor dalam melakukan tugasnya tersebut.

Setiap Konselor tentu berbeda. Dan saya yakin, tidak ada Konselor yang hanya menggandalkan satu pendekatan. Kadang demi resolusi terbaik, Konselor menggabungkan beberapa pendekatan yang dirasa tepat bagi Klien.

Saya pribadi menyukai dan menurut pengalaman saya, memberikan hasil efektif, ketika dalam konseling menggabungkan pendekatan behavorial (behavorial approach), cognitive approach dan client-centered approach.

Behavorial approach karena pendekatan pengubahan pola tingkah laku sangat baik dan efektif untuk diterapkan yang dikombinasikan dengan cognitive approach karena tetap saja tingkah laku kita dikontrol oleh apa yang kita tahu, dan client-centered approach, setiap Klien adalah manusia yang unik, spesifik dan tidak bisa disamaratakan dan harus diperlakukan secara khusus dan spesial.

Setiap Klien adalah berbeda dan unik. Setiap Klien memiliki kekhususan masing-masing yang memerlukan penanganan individual yang spesifik sehingga bisa dikatakan setiap proses konseling adalah tailor made, apa yang bisa diterapkan pada Klien yang satu, tidaklah akan sama dengan apa yang bisa diterapkan pada Klien yang lain.

Itulah sebabnya di luar negeri, dimana kesadaran Konseling sudah sangat tinggi dan memang sangat dibutuhkan, Konseling sangat mahal. Di Indonesia, baru memulai era disadarinya bahwa diperlukan pendamping Konselor Profesional ketika masalah sudah pada stadium tinggi. Padahal jauh lebih baik, jika Anda memiliki awereness cukup, sehingga mencari Konselor tidak dilakukan pada saat, seperti kata pepatah “nasi sudah menjadi bubur”. Ketika terasa ada hal yang tidak “pas”dan tidak “tepat”, segeralah mencari Konselor Profesional yang Anda percaya sehingga healing dan reconstruction process bisa lebih mudah dan lancar.

Namun tidak ada salahnya dengan artikel yang sedikit berbau teoritis, maka disini saya coba paparkan salah satu tehnik yaitu tehnik konseling behavorial.

Selamat membaca, semoga bermanfaat.

1. KONSEP DASAR
Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.

Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar :

  • Pembiasaan klasik
  • Pembiasaan operan
  • Peniruan

Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.

Karakteristik konseling behavioral adalah :

  • Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
  • Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling
  • Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien
  • Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

2. ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH

  • Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
  • Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
  • Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
  • Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

3. TUJUAN KONSELING
Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.

Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik :

  • diinginkan oleh Klien
  • Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut
  • Klien dapat mencapai tujuan tersebut
  • dirumuskan secara spesifik Konselor dan Klien bersama-sama (bekerja sama) untuk menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.

4. DESKRIPSI PROSES KONSELING
Proses konseling adalah proses belajar, Konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.

Konselor aktif :

  • Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah Konselor dapat membantu pemecahannya atau tidak.
  • Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
  • Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
Salam Sejahtera,
Elly Nagasaputra, MK, CHt
Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com
-healing hearts-changing life-

5. Selingkuh? Apa Sebabnya?

Pada artikel sebelumnya, saya telah menjelaskan bagaimana jika pasangan kita berselingkuh, masihkah ada harapan untuk mengembalikan pernikahan yang telah retak kembali seperti semula? Dan anda dapat melihat di artikel tersebut, jawabannya. Apakah bisa atau tidak.

Salah satu kunci agar perselingkuhan yang sudah dilakukan oleh salah satu pihak, dapat “disembuhkan” dan… ini yang terpenting, yaitu “tidak akan diulangi” kembali di kemudian hari, maka proses paling penting ketika Konseling adalah : menemukan penyebabnya.

Apakah sebenarnya motivasi dan latarbelakang paradigma berpikir sehingga pasangan kita akhirnya melakukan perselingkuhan dengan pihak lain. Hal ini akan sangat menentukan arah dan proses konseling yang harus ditempuh. Karena memulihkan perkawinan yang telah rusak karena salah satu pihak berselingkuh, bukan sekadar agar keduabelah pihak suami istri kembali rukun, namun lebih dalam dan luas dari hal itu. Menemukan “penyebab” merupakan hal yang esensial. Ketika penyebab ditemukan maka “obat” yang tepat baru bisa diformulasikan. Hal ini adalah sangat penting agar dikemudian hari, perselingkuhan tidak akan terjadi kembali.

Metafora adalah seperti orang yang sakit batuk. Obat yang baik bukan hanya membuat batuk berhenti tapi harusnya dapat menyembuhkan ke pusat penyebab batuk tersebut. Batuk karena virus, batuk karena kuman, batuk karena alergi tentu perlu obat yang berbeda. Pemberian obat yang salah akan menyebabkan batuk berhenti tapi itu hanya fenomena. Jika kuman atau virus atau penyebab alergi tidak disembuhkan maka batuk itu akan kumat kembali suatu waktu.

Penyebab suami atau istri berselingkuh, menjadi hal yang tidak mudah ditemukan dan juga tidak mudah dituliskan disini formulasinya. Karena setiap manusia adalah sangat kompleks. Terkadang bukan hanya satu penyebab tapi ada berbagai campuran faktor, motivasi, latar belakang dibesarkan, pohon keluarga, pola asuh, pola pikir, lingkungan dan pergaulan hidup, faktor gaya hidup, faktor pasangan hidup, keluarga besar, keuangan, tipe kepribadian, sifat, temperamen, pendidikan, tingkat religiusitas dan berbagai faktor yang membuat penemuan penyebab adalah hal yang sulit, kompleks dan memerlukan kemampuan untuk dapat “melihat” dan “menggali” secara dalam dan menyeluruh.

Itulah sebabnya bagi saya pribadi untuk menuliskan penyebab perselingkuhan menjadi hal yang sulit karena tingkat kompleksitas yang tinggi. Penyederhanaan yang seadanya dapat menyebabkan kesalahan diagnosa proses konseling yang dapat berakibat fatal.

Dan juga dalam kasus pernikahan yang telah terkena “noda” perselingkuhan, harus dipastikan “sembuh total” dan ”sembuh permanen” dalam arti tidak akan kumat di kemudian hari, karena jika tidak sembuh total, masih ada bekas luka yang kerap berdarah dan menimbulkan nanah, maka pada umumnya relasi suami istri TIDAK bisa pulih seperti sedia kala, yang diselingkuhi akan sangat sulit untuk kembali percaya, yang berselingkuh walau sudah bertobat tapi tetap dituduh terus, sehingga pernikahan bagai neraka yang setiap waktu ada kemungkinan “meledak” dan berkelahi lagi soal perselingkuhan yang sudah lama berlalu.

Itulah sebabnya, biaya Konseling untuk kasus perselingkuhan adalah lebih mahal daripada Konseling kasus konflik pernikahan biasa. Karena lebih sulit, dan memang HARUS dilakukan. Karena hampir seluruh kasus perselingkuhan, jika tidak diselesaikan secara TUNTAS oleh Konselor Pernikahan yang professional, maka hampir dipastikan pernikahan akan sangat sulit kembali normal seperti semula dan banyak yang pada akhirnya memilih untuk bercerai.

Namun jika hendak dituliskan secara “sederhana” maka penyebab perselingkuhan dapat dituliskan sbb:

FAKTOR INTERNAL :

  • Konflik yang terus menerus dalam rumah tangga
  • Komunikasi yang buruk terus menerus tanpa dapat menemukan solusi
  • Ketidak puasan dalam relasi dengan pasangan : keuangan, sex, intimasi, afeksi
  • Ekspektasi dalam pernikahan yang tidak tercapai
  • Perbedaan pola pandang dan value dalam menjalani perkawinan dan kehidupan
  • Perbedaan karakter dan kepribadian yang runcing
  • Problem pribadi dari masa lalu yang terpendam
  • Problem self-esteem dalam diri : kaitan dengan karir, keuangan, penghargaan dari pasangan
  • Masalah dalam diri : eksploitasi pengalaman sexual,kepribadian tidak tahan godaan, bosan
  • Tidak menguasi skill dalam pernikahan : skill memaafkan, mengalah, membaca situasi, pengungkapan verbal, melayani, menghormati, mendudukan pasangan sesuai proporsi, kejujuran, keterbukaan, keberanian menjadi diri sendiri

FAKTOR EXTERNAL

  • Suami istri hidup di dua lokasi berbeda, berjauhan
  • Lingkungan kerja yang tidak kondusif : harus entertain, masuk ke dunia malam, travelling tingkat tinggi
  • Gaya hidup metropolitan yang tidak kondusif : clubbing
  • Pergaulan dan pertemanan yang tidak sehat
  • Beda jam kerja (orang siang dan orang malam)
  • Campur tangan keluarga besar

Dan sesungguhnya banyak lagi permasalahan lain, yang kompleks dan tumpang tindih. Sehingga hampir dipastikan mustahil pasangan yang telah berselingkuh dapat menjalani proses rekonsiliasi dengan smooth tanpa bantuan Konselor Profesional.

Dan yang terpenting harus diingat bukan hanya rekonsiliasi saat ini tapi juga bagaimana fondasi pernikahan yang telah goyah, diperbaiki kembali. Sehingga pernikahan kembali sehat dan kuat.

Dan di masa yang akan datang, ketika masalah kembali bertubi-tubi datang, godaan juga senantiasa ada, namun dengan fondasi yang telah direnovasi, diperbaiki, dipulihkan dan dikuatkan melalui proses konseling, mampu tetap kuat. Dan tidak akan kembali jatuh dalam kesalahan perselingkuhan.

Be strong and seek Professional Counselor. Keep up the hope. Counseling after adultery is like entering a dark tunnel. At the end of the dark tunnel is light. The point is, you have to stay persistent and consistent to go thru the dark tunnel. You have to follow all the methods and procedures how to heal your marriage after adultery happen. When you arrive at the end of the dark tunnel, you know that it’s worth to go thru.

Elly Nagasaputra, MK, CHt

Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com

konselingmasalahpernikahan.com

-healing hearts-changing life-

4. Seni Memelihara Pernikahan

Seberapa banyak dari kita yang menikah dengan hati yang berbunga-bunga, penuh dengan bayangan berbagai kebahagiaan yang akan kita raih dalam lembaga yang disebut pernikahan? Tentu hampir sebagian besar dari pasangan yang baru menikah, membayangkan dan mengharapkan hal tersebut.

Tahun demi tahun pernikahan dijalani, ada yang menjalani dengan cukup merasakan bahagia, ada juga yang tidak terlalu merasa bahagia bahkan merasa ”terasing” di dalam relasinya dengan pasangan hidup. Ada yang merasa tinggal satu rumah dan tidur satu ranjang dengan orang yang sebenarnya tidak dia kenali lagi kepribadiannya. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Bahkan pernikahan yang diawali dengan langkah penuh kemesraan dan semangat, banyak yang menjadi redup. Apalagi setelah tahun pernikahan memasuki usia diatas 5 tahun. Ada lelucon yang menggambarkan sbb : ” Jika kita ke restoran, dan melihat pasangan suami istri duduk makan bersama, kita bisa menilai sudah menikah berapa tahunkah mereka. Pernikahan di bawah 5 tahun maka suami istri tersebut masih makan dengan saling memandang penuh cinta, pernikahan di atas 5 tahun, maka suami istri tersebut sibuk mendiskusikan mengenai anak dan tidak membicarakan tentang diri mereka. Pernikahan di atas 10 tahun maka suami istri tersebut sibuk menyantap hidangan mereka, tanpa saling memandang atau berbicara”.

Manusia memiliki rasa bosan. Apapun yang kita miliki, cepat atau lambat kita dapat bosan. Pernahkan Anda mengidam-idamkan mobil baru atau handphone baru? Begitu bersemangat saat kita mendapatkan barang baru, tapi dengan berjalannya waktu, seberapa baguspun barang yang kita sudah dapatkan tersebut, timbul rasa bosan. Timbulnya rasa bosan ini berbeda-beda bagi setiap orang. Ada orang yang begitu telaten merawat mobilnya yang telah berusia lebih dari 5 tahun, ada yang baru 2 tahun sudah merasa ingin ganti mobil baru karena bosan.

Nah, lalu bagaimana dengan pasangan hidup? Pasangan hidup adalah partner yang kita pilih untuk mendamping kita hidup dari mulai kita masuk gerbang pernikahan hingga maut menjemput kita. Tidak ada yang tahu akan berapa lama, bisa beberapa tahun bahkan hingga puluhan tahun. Lalu mengapa, ada kakek nenek yang masih begitu anggun, akrab dengan cara yang elegan satu sama lain, saling mencintai, saling mengasihi, saling menghormati, saling memperhatikan di usia senja mereka? Di sisi lain, ada pasangan muda yang masih gagah dan cantik namun mereka bertengkar setiap hari seperti anjing dan kucing. Tidak henti-hentinya saling membenci, saling mencaci dan terkadang tidak malu mempertunjukkan hal itu di depan anak-anaknya bahkan di depan umum.

Apa sebenarnya yang salah? Tidak mudah menemukan jawabannya. Karena terkadang masalahnya adalah kompleks. Namun beberapa hal yang dapat diperhatikan agar kita jangan sampai menikah hanya untuk waktu yang sementara dan jangan sampai cinta yang kita bina pudar hanya dalam beberapa tahun adalah :

1.  JANGAN SALAH MEMILIH PASANGAN
Kalau kita memilih dengan teliti dan penuh pertimbangan untuk membeli barang yang “sepele” seperti handphone, kita membandingkan satu handphone dengan yang lain, membandingkan kualitas, kegunaan, model, harga dan berbagai aspek lainnya. Belum lagi sibuk berpindah dari satu toko ke toko lain, membandingan harga dllnya. Lalu bagaimana dengan proses memilih pasangan hidup ?

Apa yang ada di benak Anda ketika Anda jatuh cinta dan berani memutuskan untuk menikah?

Seberapa yakinkah bahwa pasangan yang Anda pilih, adalah orang yang akan dapat Anda cintai tanpa rasa jemu dan bosan sampai puluhan tahun yad?
Seberapa yakinkah bahwa orang yang Anda pili,h mampu dan tahan menjalani hidup bersama dengan Anda?
Seberapa yakinkah bahwa pasangan yang Anda pilih setelah tahu diri Anda yang sesungguhnya dengan segala kelemahan dan kekurangannya, akan tetap akan mencintai Anda dengan kadar cinta yang utuh?

Dan pertanyaan tersebut tentu harus dibalik juga, Apakah jika Anda menemukan bahwa pasangan yang Anda pilih memiliki kelemahan dan kekurangan, apakah Anda masih dapat mencintainya dengan kadar cinta yang tetap sama?

Seperti saya katakan rasa bosan adalah manusiawi, lalu bagaimana jika Anda merasa bosan terhadap pasangan? Mungkinkah hal itu terjadi? Jika ya, apa yang akan terjadi dengan pernikahan Anda?

Memilih pasangan yang tepat bagi diri Anda adalah langkah awal yang sangat penting untuk membina satu pernikahan yang langgeng sampai puluhan tahun yad. Namun, memilih pasangan yang tepatpun tidak menjadi jaminan bahwa Anda akan memiliki pernikahan yang bahagia dan bertahan hingga akhir hayat.

2.  MEMILIKI STRATEGI MENJALANKAN PERNIKAHAN

Jika kita hendak membuka toko yang sederhanapun, kita harus memikirkan strateginya. Berapa perongkosan yang harus ditutup dengan omzet yang harus dicapai oleh toko tersebut. Berapa profit yang ingin diraih di bulan pertama hingga tahun-tahun yad. Dalam berapa tahun, modal yang ditanamkan diharapkan akan  kembali. Dan jika ternyata menghadapi persaingan dari toko sebelah, apa yang harus dilakukan. Dan banyak strategi lainnya. Apalagi jika kita hendak buka perusahaan besar.

Pernikahan bukanlah membuka bisnis. Jauh lebih kompleks dan jauh lebih sulit. Suatu komitmen yang seumur hidup, tanpa bisa “tutup” atau “bubar” dengan alasan apapun (harusnya) Tapi mengapa justru untuk hal yang jauh lebih kompleks, sulit dan jauh lebih bermakna, kita justru tidak memikirkan bagaimana strategi menjalankan pernikahan?

Karena banyak orang yang memiliki fantasi bahwa pernikahannya akan baik-baik saja. Bahwa pasangan hidupnya akan tetap mencintai hingga akhir hayat, apapun yang terjadi. Banyak yang berfantasi bahwa pasangan hidupnya adalah orang yang dia kenal saat ini, dan orang tersebut tidak akan berubah. Akan tetap sama, akan tetap  mencintainya dengan kadar yang sama hingga selamanya.Yang pada kenyataannya banyak yang tidak seperti itu.

Kesulitan demi kesulitan akan datang menghantam pernikahan. Mulai dari masalah anak, mertua, pekerjaan, keuangan, sex, kejujuran, kebersamaan, hobby, cara memandang hidup, dll. Saat itu semua melanda, apa yang akan kita lakukan?

Itulah pentingnya dari awal, menetapkan strategi pernikahan. Menetapkan bersama apa tujuan pernikahan, lalu jika dalam proses mencapai tujuan tersebut terdapat kesulitan, strategi apa yang akan kita lakukan? Hal itu haruslah dibahas dan menjadi komitmen bersama. Komitmen ”I love you and will be with you forever” tidaklah cukup, tanpa ada komitmen akan “strategi” yang akan kedua pasangan lakukan.

Contoh jika suami Anda stroke di usia 35 tahun dan tidak mampu menjalankan peran sebagai suami dan kepala rumah tangga, strategi apa yang harus dilakukan? Apakah istri akan tetap berpegang pada komitmen pernikahan? Jika ternyata, entah karena suami atau istri, lalu keluarga tidak bisa memiliki keturunan, strategi apa yang akan diambil? Jika istri ternyata orang yang berambisi untuk maju sementara suami mengharapkan istri hanya di rumah seratus persen menjadi ibu rumah tangga, apa yang harus suami dan istri itu lakukan? Dan juga, jika ternyata, salah satu pihak melanggar komitmen akan kesetiaan, apa yang akan dilakukan?

Banyak orang dalam masa pacaran tidak berani atau sungkan mengungkapkan dan membahas hal-hal tersebut. Dengan berbagai alasan. Sebagian besar  karena tidak terpikir atau juga karena tidak tahu  cara duduk bersama calon suami/istri untuk mendiskusikan hal tersebut. Banyak pula yang tidak tahu, apa yang perlu dibahas. Hal dan kesulitan apa saja yang akan melanda di dalam lembaga pernikahan. Belum ada bayangan akan hal-hal apa yang dapat terjadi.

Hal itulah yang akan dibantu disusun bersama dengan seorang Konselor Keluarga dalam Pre-marital Counseling (Konseling Pra-Nikah). Itulah sebabnya jika Anda belum menikah, Konseling Pra-Nikah menjadi suatu proses wajib yang akan sangat membantu menetapkan visi misi pernikahan Anda dan bagaimana strategi mewujudkan hal tersebut.

3.  MENGERTI BAGAIMANA MEMELIHARA CINTA YANG ADA
Apakah cinta yang ada di awal pernikahan dapat berkurang bahkan hilang? Jelas dapat. Jika semua baik-baik dan lancar sajapun, cinta dapat hilang atau berkurang. Apalagi jika dihantam dengan berbagai kesulitan yang akan dihadapi dalam pernikahan.

Lalu mengapa, ada pasangan yang telah berusia lanjut namun tetap saling mendukung dan saling mencintai dengan begitu indahnya? Ada dua sebab :

Pertama : saat kesulitan datang, mereka berdua memiliki strategi untuk menghadapinya sehingga kadar cinta tidak menyusut karena persoalan hidup

Kedua : mereka tahu bagaimana cinta yang ada dari awal dapat dipupuk dan dipelihara hingga tumbuh besar dan menjadi kuat. Sehingga saat badai besar datang, pohon cinta mereka tetap bertahan dan tidak tumbang, bahkan tumbuh menjadi semakin kuat akarnya.

Tentunya kita pernah mendengar tentang pohon Kelapa yang tumbuh di tepi pantai, tiap hari diterpa angin keras namun tidak tumbang malah makin tumbuh tinggi. Mengapa? Karena ada akar serabut yang kuat sehingga pohon tersebut kuat tertanam ke dalam tanah.

Lalu pertanyaannya adalah bagaimana memelihara cinta yang ada? Ada berbagai cara,  salah satunya adalah dengan memelihara keintiman. Seberapa intimkah Anda dengan pasangan hidup? Ada 7 area keintiman yang harus kita bina agar api cinta tetap stabil dan terpelihara dengan baik. Hal itulah,salah satunya yang akan dibahas dalam ruang Konseling, ketika Anda merasa pernikahan Anda “garing” , “ilfil” dan memerlukan bantukan Konseling Profesional untuk dapat kembali “menambahkan” bara api.  Agar api yang sudah semakin kecil, tidak mati, tapi bisa berkobar kembali.

Seorang Konselor Keluarga akan membimbing para suami istri untuk dapat membina keintiman di tujuh sektor ini agar hidup Anda terasa komplit dan cinta akan tetap terjaga. Sehingga tahun demi tahun boleh berlalu,  dan dalam perjalanan hidup mungkin Anda bertemu dan berkenalan dengan orang yang nampaknya lebih menarik, lebih hebat, lebih baik dari pasangan Anda, namun jika Anda intim dengan pasangan hidup maka Anda akan tetap merasa pasangan hidup Anda adalah yang terbaik dan cinta Anda untuk suami atau istri akan tetap menyala, penuh dengan ketulusan dan tetap saling mendukung sampai selamanya.

Sudah menjadi pepatah yang mengatakan bahwa memulai itu mudah, memelihara yang sulit. Begitu juga dengan pernikahan. Sangat mudah untuk mencintai dengan menggebu-gebu dan masuk ke dalam pernikahan, tapi merupakan kerja keras seumur hidup untuk menjaga api cinta Anda tetap menyala dengan baik.

4.  MENGERTI BAGAIMANA MENIKMATI HIDUP

Fenomena orang yang hidup di kota besar adalah selalu dalam kondisi hidup terburu-buru. Pagi bangun terburu-buru untuk berangkat kerja, mengantar anak sekolah, sibuk bekerja hingga sangat lelah, perjalanan pulang pergi yang panjang dari dan ke tempat kerja. Waktu yang terasa pendek dengan begitu banyak hal yang harus dilakukan. Sehingga di akhir pekan yang ada hanya kelelahan dan setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikan karena di hari kerja tidak sempat dilakukan. Sehingga banyak orang hidup dari waktu ke waktu dengan super sibuk tapi tidak menikmatinya.

Menikmati hidup bukan perkara mudah dan sederhana. Menikmati hidup adalah suatu skill. Yang perlu dipelajari, dilatih, dipikirkan, direncanakan dan ditekadkan untuk selalu dilakukan dengan konsisten. Hidup yang diperlihara (nurtured) adalah seperti kita makan makanan yang bergizi. Kita bisa saja makan tiga kali sehari dan menjadi kenyang tapi kalau yang kita makan adalah makanan yang tidak bergizi, tidak ada gunanya sebenarnya untuk tubuh bukan?

Begitu juga dengan hidup. Jika kita tidak tahu bagaimana menikmati hidup maka kita akan merasa lelah fisik, lelah pikiran, lelah batin. Menikmati hidup bukan hanya merancangkan pergi berlibur namun lebih dari itu. Menikmati hidup berarti bagaimana kita bisa memiliki pola pandang, menikmati setiap segi dari kehidupan kita, menikmati setiap kesibukan dengan enjoy bahkan dapat menghayati kesulitan dengan nikmat. Itu memang tidak mudah. Diperlukan wawasan yang luas dan pengalaman hidup yang panjang untuk sampai ke tingkat tersebut.

Namun pada tingkat awalnya, Anda bisa mulai menikmati diri Anda sendiri. Merasa nyaman dengan diri Anda, tahu visi, misi (tujuan) hidup Anda di muka bumi, punya rasa percaya diri yang mantap, tahu apa yang menjadi prioritas hidup. Dalam hal ini jika suami dan istri dapat tingkat memiliki kemantapan yang sama, maka hidup menjadi sangat dapat dinikmati. Anak-anak pun akan terdidik dengan pola asuh yang baik. Sehingga merekapun menjadi anak-anak yang mantap. Tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan yang buruk.

Terkadang masalahnya juga akan timbul jika ternyata suami dan istri tidak memiliki tingkat pemahaman yang sama akan hal ini. Sehingga hidup tidak sempat dirancang untuk dinikmati karena diisi dengan argumen suami istri yang tidak sepaham. Disinilah Konselor Pernikahan juga akan dapat membantu memperluas pandang hidup dan bagaimana Anda dapat memiliki konsep diri yang sehat sehingga dapat menikmati hidup, menikmati segala keceriaan, kebahagiaan bahkan kesulitan yang menghadang.
Diatas segala hal ada satu langkah yang harus diingat yaitu bahwa kita yakin Tuhan akan menuntun dan menolong kita. Tugas kita sebagai manusia adalah melakukan segala hal dengan tulus dan optimal dengan bersandar kepada Tuhan. Seberapa besarpun permasalahan dalam pernikahan yang kita hadapi jika kita mau berusaha dengan optimal dan tulus maka akan ada jalan keluar dan Tuhan akan memberikan pertolongan. Namun jika kita tidak mengusahakannya, maka pernikahan Anda tidak akan menjadi lebih baik.

Menikah adalah kata kerja yang berarti harus senantiasa diusahakan. Kebahagiaan dalam pernikahan yang kita harapkan haruslah diusahakan, dikerjakan, baru kita akan menuai hasil Jika Anda bisa melakukan semua itu sendiri, tentu baik, jika tidak maka hubungi Konselor Profesional Anda, yang akan menuntun dan membantu Anda step by step, dengan prosedur dan metoda yang telah teruji, sehingga pernikahan Anda kembali menjadi sesuatu yang manis dan sangat nikmat untuk dilakoni.

 

Salam Sejahtera,

Elly Nagasaputra, MK, CHt

Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com

konselingmasalahpernikahan.com

-healing hearts-changing life-